Hari ini saya berbicara (kalau bisa) singkat saja. Berhubung pagi sudah semakin dekat, dan saya juga harus tidur karena harus bangun lebih cepat. Tapi sebenarnya masih ingin berceloteh ria. Mungkin akhir dari tulisan ini adalah sebuah pertanyaan, atau sebuah bentuk protes, atau sebuah bentuk.. Ah apa saja lah.
Topiknya akan saya buka mulai dari pelajaran ekonomi saya di sekolah tadi. Kami sedang mempelajari tentang pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Setelah membahas semakin dalam, akhirnya kami sampai pada pembicaraan mengenai masyarakat Indonesia. Memang hanya sebentar. Tetapi kalimat-kalimat yang diucapkan oleh guru saya itu sama seperti yang selama ini terngiang-ngiang di kepala saya. Mirip sekali dengan pemikiran saya tentang hal yang menjadi akar masalah kependudukan di Indonesia ini.
Kami berbicara tentang kualitas dan kuantitas penduduk di negeri ini. Mungkin sebelumnya saya memang pernah menulis sedikit tentang kualitas versus kuantitas, dan kali ini saya ingin membicarakannya sekali lagi, sekaligus memaparkan pendapat (serta mungkin perasaan) saya sekarang terhadap masalah itu.
Seperti yang kita semua ketahui, Indonesia merupakan salah satu negara dengan sumber daya manusia yang sangat melimpah. Hal tersebut menjadi daya dukung bagi proses produksi yang akan mempengaruhi pembangungan ekonomi Indonesia. Sumber daya manusia yang melimpah dapat menjadi pendukung salah satu unsur kegiatan produksi yaitu tenaga kerja. Selain itu, jumlah penduduk yang tinggi juga akan meningkatkan jumlah konsumsi dalam masyarakat. Sehingga hal tersebut akan memicu kemajuan rumah tangga produksi dalam usahanya.
Tetapi sayangnya, kita harus kembali melihat pelaksanaannya. Berbagai peluang yang dapat membangun Indonesia memang dapat terlihat, tetapi hal tersebut kurang dimanfaatkan oleh negara kita. Bukan hanya pemerintah, bahkan oleh kita sendiri sebagai masyarakat.
Kuantitas penduduk Indonesia memang tinggi. Jumlah penduduk di Indonesia saat ini hampir mencapai 230 juta (menurut data tahun 2009). Tetapi apakah angka itu sebanding dengan kualitas tiap individu? Apakah angka itu merupakan suatu peluang atau hambatan? Pandangan seperti ini memang sudah seringkali dipaparkan oleh banyak orang. Tetapi bagaimana dengan realisasinya? Apakah menurut Anda situasi ini memungkinkan untuk diperbaiki?
Yang negara butuhkan adalah produktivitas penduduk. Ketika penduduk mulai produktif, tentunya setiap orang akan mudah terlibat dan berpartisipasi dalam segala bentuk kegiatan yang dapat membangun negara. Lalu apakah 230 juta jiwa di Indonesia ini produktif? Apakah sebagian besar dari mereka produktif? Atau setengahnya? Atau hanya sepertiganya? Atau seberapa?
Saya memang baru pemula dalam hal seperti ini. Saya memang baru belakangan ini lebih konsisten dalam memperhatikan keadaan sekitar, dan mulai berani mengemukakan pendapat saya. Saya memang baru berusia 16 tahun dengan pemikiran yang masih mentah. Saya memang masih terlalu muda, untuk berkata bahwa saya juga berkualitas. Tetapi saya hanya sedang berpikir, apakah mereka yang tergolong berkualitas (yang mungkin jumlahnya belum terlalu banyak), akan mempengaruhi mereka yang kurang berkualitas? Apakah 5 tetes cat warna putih akan mengubah drastis 10 tetes cat warna merah? Apakah semudah itu?
Kekuatan pikiran saya pun dapat dikatakan semakin berkurang. Dari 10, sekarang hanya 5. Dari yakin sekali, menjadi agak ragu-ragu. Segala bentuk harapan saya akan negara mulai memudar, dari warna merah pekat menjadi merah jambu. Saya bertanya pada diri saya sendiri, sedikit berpikir untuk egois. Pikiran saya mulai terbagi-bagi. Ada keinginan untuk hidup idealis dengan tujuan memajukan negara, dan juga keinginan untuk mencari kesuksesan sendiri sebagai individu yang tidak terikat suatu apapun, termasuk kewarganegaraan.
Entahlah. Saya pun masih sibuk dengan pikiran saya. Banyak di antara mereka yang berkualitas itu pergi, mencari kesuksesan yang lebih berharga di negeri orang. Mungkin saya akan bergabung?