I believe in Newton's Third Law

For every action there is an equal and opposite reaction.
It happens in reality. It really does.

Want to share about your thoughts?
Email me: daniawwrr@yahoo.com :)

Wednesday, September 22, 2010

Perempuan, Tangga, dan Laki-laki

Belakangan ini makin banyak hal yang timbul di otak gue. Yang pengen gue tulis dari kemaren-kemaren, bulan-bulan lalu, tapi susah banget buat membuatnya mengalir. Makanya hari ini gue memilih pakai bahasa santai aja lah. Nggak pake saya-sayaan, atau kata baku yang sesuati EYD Bahasa Indonesia yang terlalu berat dan ribet. Yang penting.. (semoga) berisi. Seperti pada post gue sebelum-sebelumnya, gue ingin banget menulis sesuatu tentang wanita. Tentang bagaimana pemberdayaan wanita antara sekarang dan dulu, perkembangan, aktivitas, derajatnya, dan segala macamnya lah. Tapi sebenarnya, gue masih bingung harus mulai dari mana. Rasanya emang cukup sulit buat gue buat menuangkan semua hal yang ada di kepala gue.

Mungkin lebih baik gue awali dari masa lalu. Dari sedikit sejarah yang gue ingat dan yang menurut gue, penting buat diingat.
1. Ratu Sima dari Kerajaan Holing/Kalingga (kerajaan Hindu) pada abad ke 5. Seorang Ratu pemimpin kerajaan yang sangat tegas dan bijaksana. Beliau mampu membawa kerajaannya itu menuju kemakmuran dan kesejahteraan yang dirasakan oleh rakyatnya.
2. Cut Nyak Dien. Pejuang asal Aceh yang mewarisi sifat pejuang dari Ayahnya, dan dengan semangat melanjutkan perjuangan suami pertamanya. Setelah suami pertamanya wafat, Beliau menikah lagi dengan Teuku Umar yang terkenal sebagai pengacau Belanda. Alasan Cut Nyak Dien menikah lagi ialah untuk menemukan orang yang mau membantunya dalam melawan Belanda. Hingga suatu saat Teuku Umar gugur, seiring dengan Cut Nyak Dien yang menua. Tetapi semangatnya tidak pernah padam. Sebisa mungkin ia terus berjuang demi membebaskan bangsa kita dari kolonialisme. Hingga akhirnya Beliau wafat di pengasingan. Beliau berani bertarung nyawa demi bangsa.
3. Wanita yang satu ini, pasti semua orang tau. Raden Ajeng Kartini. Seorang putri asal Jepara yang sempat mengalami jauhnya kesenjangan antara derajat pria dan wanita. Beliau selalu menginginkan pendidikan, dan tentunya pendidikan yang juga diperuntukkan bagi semua perempuan di Indonesia. Intinya, kesetaraan gender. Hal tersebut Beliau usahakan dengan memulai membangun sekolah-sekolah, yang pada akhirnya diikuti oleh perempuan-perempuan di daerah lainnya. Beliau juga berhasil mendapatkan beasiswa di Belanda, walaupun terhalang oleh kedua orangtuanya. Kartini selalu menolak pemikiran sempit yang konservatif. Beliau adalah pahlawan sejati, yang juga berani serta cerdas. Sebagai perintis, Kartini diikuti oleh banyak wanita lain yang juga mendambakan keadilan bagi perempuan di Indonesia. Siti Roehana Koedoes, salah satunya. Seorang pejuang asal Sumatera Barat yang melakukan hal sejalan dengan apa yang telah dilakukan Kartini.

Gue yakin 3 contoh wanita pejuang di atas bisa menjadi dasar dari argumen-argumen yang ada di otak gue yang udah nggak sabar pengen meledak. Mungkin pertama-tama gue perlu bersyukur dulu sekarang, karena gue hidup di dunia yang sudah maju. Emansipasi wanita yang sudah berlangsung cukup lama. Dan gue tinggal menikmati hal tersebut. Tapi gue belum melihat keseteraan gender itu benar-benar ada. Menurut gue, sampai sekarang perempuan masih dipandang rendah. Tetapi mungkin hanya saja pandangan rendah itu sekarang beda. Masih ada sisa-sisa penggalan masa lalu yang menggambarkan sebuah tangga antara posisi perempuan dan laki-laki. Tentunya, kami (perempuan) berada di bawah.

Berikut beberapa poin yang ingin gue ungkapkan (agak random sih);
1. Kepemimpinan yang Bersifat Patriakhial. Ada banyak sekali perempuan yang memiliki potensi mendalam, bahkan melebihi laki-laki. Dalam bidang apapun. Dalam konteks ini, gue buat singkat aja. Perempuan itu terlalu direndahkan dalam hal memimpin. Perempuan identik sebagai pengikut yang tidak bisa membuat suatu perintah tegas atau instruksi yang padat dan jelas. Perempuan identik dengan sebutan 'si lemah' yang hanya bisa jadi anak buah. Contoh sederhananya adalah ketika Pemilu 1999 .Yang seharusnya menjadi presiden adalah Megawati (PDI-P menang -mutlak). Tetapi dengan alasan bahwa Beliau adalah wanita, maka yang diangkat menjadi presiden adalah Gus Dur. Sebuah keputusan yang konyol. Sudah diadakan Pemilu, tetapi pelaksanaannya tidak sesuai dengan suara rakyat hanya dengan alasan bodoh. Kalau kita lihat dalam sejarah, bukankah pemimpin wanita itu hebat? Malahan, Indonesia (seakan) mengalami kemunduran tanpa wanita-wanita hebat itu.

2. Pekerjaan dan Pencari Nafkah. Sulit sekali ya membuktikan bahwa perempuan juga bisa bekerja dengan tingkatan yang sama (bahkan melebihi) pria. Seringkali para istri diremehkan. Dianggap rendah hanya karena menjadi ibu rumah tangga, tetapi tidak dizinkan bekerja. Menjadi ibu rumah tangga dikira orang hanya sekedar membersihkan rumah, memasak, mencuci piring dan baju, mengurus anak, menyiram tanaman, dan sebagainya. Jika ditelusuri, pekerjaan ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang paling membosankan dan menyebalkan bagi para istri yang hanya di rumah. Bayangkan saja, seorang istri hanya sendirian di rumah, melakukan pekerjaan rumah yang tiada habisnya, tetapi.. tidak dibayar. Memang, suami mencari nafkah. Ada uang. Tetapi, apa semua suami punya kesadaran dan tanggung jawab? Ketika suami nggak bekerja, sementara ada 2 anak, ada kebutuhan, bagaimana? Jawabannya, istri yang mencari nafkah, merangkap menjadi ibu rumah tangga, juga. Seringkali pula, perempuan dianggap tidak pantas bekerja dan menghasilkan uang untuk rumah tangga, maupun untuk dirinya sendiri. Alasannya, karena wanita memiliki anak yang menjadi tanggung jawab wanita sepenuhnya. Kita semua terlalu banyak terbawa tradisi. Gue harus akui bahwa hal tersebut masih berlaku keras bagi sejumlah perempuan di Indonesia.

3. Harga Diri. Perempuan dianggap rendah. Murah. Hal ini begitu terlihat jika kita mulai mengarah ke topik pemuas birahi pria. Pekerja seks komersial, yang tubuhnya dijual dan dijadikan 'alat' sekelompok pria tidak berhati untuk melampiaskan nafsunya. Gue merinding dengernya. Mungkin ini (gue akui) adalah salah satu kekurangan perempuan di Indonesia juga. Yang rela melakukan apa saja demi dapat uang. Tapi, setidaknya, bukannya harusnya ada suatu perlindungan untuk perempuan? Kita semua punya masa depan yang harusnya cerah, bukannya masa depan yang disobek-sobek oleh pria. Yang kedua adalah, tindakan kriminal. Pemerkosaan, yang menurut gue adalah sesuatu yang melebihi kiamat buat wanita. Begitu mudah seorang lelaki memenuhi kepuasannya dengan sesaat mencuri mahkota seorang gadis muda yang jalannya (seharusnya) masih panjang. Tragis. Kejam. Gue nggak habis pikir, melihat mereka yang tidak punya hati. Atau tidak punya otak? Dan seringkali pula para korban pemerkosaan itu kurang mendapat perlindungan dari pihak yang (katanya) berwajib. Diinterogasi, ditanya-tanya dengan tidak memikirkan perasaan korban tersebut. Ujung-ujungnya, kesimpulannya itu semua adalah salah si korban. Lagi-lagi, perempuan yang dirugikan.

4. Fisik. Perempuan seringkali dianggap lebih rentan dibanding laki-laki. Dianggap lebih lemah dalam hal fisik. Perempuan dinggap tidak memiliki stamina sebanyak laki-laki. Mungkin memang benar. Tetapi gue masih melihat bahwa hal tersebut menjadi suatu kekurangan perempuan yang ditonjolkan oleh kebanyakan lelaki tidak berhati. Padahal jika dilihat, perempuan sejak belia melalui banyak perubahan-perubahan (pendewasaan) yang jauh lebih nggak enak dibanding laki-laki. Menstruasi yang dialami perempuan tentu bukan sesuatu yang tidak mengganggu. Disertai sakit ini itu dan berbagai distraksi yang bisa membuat perempuan berubah-ubah mood dan perasaan. Sedangkan laki-laki, mengalami proses pendewasaan yang merangsang dan melibatkan rasa nikmat baginya. Selain itu, perempuan akan mengandung. Berbagai gejala yang tidak enak, kemudian beratnya badan yang dibawa ke mana-mana saat kandungan semakin besar, dan pada saat melahirkan. Perempuan berada di antara hidup dan mati. Kalaupun bisa selamat, ia pun akan memikirkan bayinya terlebih dulu. Sedangkan laki-laki?

Mungkin tulisan ini agak terdengar seperti pelecehan terhadap laki-laki. Tapi gue nggak peduli. Kalau perempuan dilecehkan secara fisik, kali ini gue cuma memberi kritikan melalui tulisan. Yang nggak ada apa-apanya bila dibandingkan pemerkosaan. Gue bukannya mengeneralisasi bahwa laki-laki itu semuanya tidak berhati. Gue hanya menulis apa yang menurut gue masih terjadi sampai sekarang.

Entah kenapa gue lagi menggebu-gebu jika bicara tentang topik ini. Apalagi karena tadi, salah satu guru di SMA gue saat lagi ngajar, tiba-tiba melencengkan topik ke arah kesenjangan gender. Dan beliau pun mengutip suatu pertanyaan dari sebuah majalah kaum feminis, yaitu..
"Apa perempuan itu?"
Bukan 'siapa', tetapi 'APA'. Karena kami dijadikan objek. Sebab selama ini kami belum mendapat hak yang penuh untuk melakukan sesuatu untuk diri kami sendiri, Indonesia, dan dunia.

Gue butuh pendapat kalian. So, comments are reallyyyyy expected! ;)

Sunday, September 19, 2010

Hidup Fokus

Photobucket

Di dalam hidup ada banyak hal. Beragam. Tidak tahu apa saja. Tiap orang punya hidup yang berbeda. Tetapi, semua orang bisa memilih.

Ada prioritas.
Seperti mengatur fokus dalam kamera.
Cari prioritas, fokuskan. Walaupun hal tersebut saling memiliki kemiripan.
Yang lain buram, tetapi masih kelihatan.
Di lain waktu lagi, dipindahkan titik fokusnya.

Itu cara saya. Anda?

Thursday, September 9, 2010

Tidak Ada Kata Terlambat

Photobucket

Terinspirasi dari Ratri Yuli Ayunita ;)

Idul Fitri Untuk Semua

Mungkin kita perlu meneladani apa yang biasa dilakukan masyarakat Mesir. Apalagi jika dilihat dari kebiasaan yang dilakukan oleh umat Kristen Koptik dan umat Islam selama bulan Ramadhan maupun pada hari raya Idul Fitri. Di sana, populasi umat Kristen Koptik mencapai sekitar 20% dari 80 juta penduduk Mesir. Walaupun tetap termasuk minoritas, hebatnya mereka masih bisa menjalin hubungan yang baik antar satu sama lain.

Pada saat bulan Ramadhan, umat Kristen Koptik sangat menunjukkan rasa solidaritasnya terhadap umat Islam yang sedang berpuasa. Misalnya, mereka akan ikut berpuasa di tempat kerja, dan bahkan mengadakan buka puasa bersama dengan umat Islam. Gereja Kristen Koptik seringkali menjadikan hal ini suatu tradisi yang biasa disebut juga (seingat saya) Buka Puasa Nasional. Hal tersebut memicu hubungan yang baik dan akrab antara dua perbedaan itu. Seperti pada bulan-bulan biasanya (selain Ramadhan), umat Islam sering pula bersilahturahmi ke rumah-rumah warga Non-Muslim di sekitarnya. Demikian pula sebaliknya. Rasanya, keduanya saling menghargai dan menikmati kedamaian tersebut. Ada satu hal yang paling menarik perhatian saya. Pada saat menjelang Ramadhan sampai menjelang Idul Fitri, hampir setiap kali umat Kristen Koptik dan umat Islam bertemu secara tak sengaja (walaupun tidak saling kenal), mereka saling memberi salam, atau memberi ucapan Selamat Berpuasa, atau Selamat Idul Fitri.

Menarik. Tradisi yang sangat baik dilestarikan. Perbedaan memang perlu dipadukan dengan toleransi dan solidaritas. Dengan adanya rasa menghargai antar satu sama lain, perbedaan itu bukannya malah berpecah. Melainkan akan saling melengkapi. Bayangkan, jika setiap orang memiliki sikap inklusif, moderat, dan terbuka. Bayangkan jika kita berhasil menemukan keselarasan itu, rasanya perbedaan itu lenyap sudah. Yang ada kita sudah bersatu. Maka lengkap. Begitu yang saya tangkap.

Selingan --> Dari tadi saya sudah menulis banyak hal tentang perbedaan. Terutama tentang suku dan ras di Indonesia. Lalu saya hapus. Lebih baik saya terpaku pada satu topik sempit saja. Yaitu tentang perbedaan agama dan Idul Fitri ;)

Berbicara tentang agama, saya jadi ingat akan Terry Jones. Saya sendiri tidak mengerti apa keuntungan yang ingin ia temukan dengan melakukan pembakaran Al'Quran untuk memperingati 9 tahun terjadinya peristiwa 11 September. Mungkin hal tersebut ingin Terry Jones dan pengikut-pengikutnya lakukan agar umat Islam merasa terpojokkan akibat aksi teroris pada Gedung WTC itu. Tetapi sekali lagi saya ulang pertanyaan, di mana keuntungannya? Dengan membakar Al'Quran, apa korban-korban peristiwa itu bisa hidup lagi? Apa gedung itu bisa berdiri lagi? Lagipula, peristiwa itu bukan akhir dari Amerika Serikat. Peristiwa itu tidak membawa Amerika Serikat sampai keterpurukan yang benar-benar merugikan sampai sekarang. Untungnya, mayoritas masyarakat Amerika Serikat menolak hal tersebut. Hal itu sama saja seperti memecahkan tali persaudaraan antara manusia di dunia.

Seperti yang terjadi di negara ini. Konflik yang tajam antar satu agama dengan agama lain tidak jarang kita temui di Indonesia. Ambil contoh paling mudah. FPI. Jujur saja saya kurang mengerti kenapa mereka merasa bahwa mereka perlu melakukan suatu pembelaan. Secara subjektif, saya sendiri sebagai Non-Muslim tidak pernah merasa terganggu akan adanya puasa, Idul Fitri, suara Adzan, dan sebagainya. Malah bagi saya, itu adalah sesuatu yang menarik. Selain itu, tidak sedikit ajaran Islam yang berarti dan menyentuh. Namun saya berani akui, jika dicermati, memang ada beberapa kelompok akan kepercayaan tertentu yang terlalu menutup diri dan bersikap eksklusif akan agamanya masing-masing. Setelah saya pikir-pikir ulang, mungkin hal tersebut menjadi salah satu alasan FPI ingin membela Islam. Menurut saya, mereka memiliki niat yang baik. Tetapi, mereka hanya kurang mengerti bagaimana caranya.

Maka saya, tidak ingin sepenuhnya menyalahkan FPI akan berbagai hal buruk yang terjadi di Indonesia belakangan ini. Indonesia terdiri dari 6 macam umat beragama dan berbagai aliran kepercayaan lainnya. Untuk menyelesaikan semuanya, saya yakin kita memerlukan kekuatan dari segala pihak. Tidak hanya dari Islam, atau Katolik, atau Kristen, atau Buddha. Dan seterusnya. Intinya kita semua perlu bersatu dan membuka pikiran kita masing-masing. Setiap orang membutuhkan wawasan yang pasti bisa membuka dan memperluas pikiran. Menganut suatu agama, bukan berarti hanya terpaku pada ajaran agama itu saja. Menganut satu agama, bukan berarti kita kita hanya boleh mengetahui dan mempelajari hal-hal tentang agama itu saja. Justru penting bagi kita untuk mengerti hal-hal tentang agama dan kepercayaan di sekitar kita.

Saya menyukai satu ajaran dari Islam yang mengajak kita untuk bermaaf-maafan ketika menjelang Ramadhan maupun Lebaran/Idul Fitri. Bukan hanya formalitas, tetapi maaf dari dalam hati kita masing-masing. Seperti halnya hari Natal bagi umat Kristiani, yang biasa diperingati dengan adanya pohon Natal dan lagu-lagu Natal. Di Jepang, hari Natal bagaikan hari raya bagi semua orang, bukan hanya umat Kristiani. Semua orang menyukai hiasan-hiasan pohon Natal. Nah, sama saja. Lebaran identik dengan Ketupat. Ketupat adalah makanan khas Lebaran yang disukai oleh banyak orang. Tidak hanya umat Islam. Maka, Idul Fitri tidak hanya bisa dirayakan oleh umat Islam. Secara tidak langsung, masyarakat Non-Muslim juga dapat menghayati hari raya Idul Fitri ini. Tidak ada salahnya kan, bermaaf-maafan dengan sesama. Tidak ada salahnya kan, makan ketupat? ;)

(Untuk besok, 10 September 2010)
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H. Mohon maaf lahir batin ;)

Maaf, bahasa saya amburadul. Acak-acakan. Tulisan yang masih sangat mentah, hahaha.

Sunday, September 5, 2010

Miris

Photobucket

Mungkin saya perlu berhenti sejenak.
Mengurangi pemikiran realistis yang analitis.

Selama ini tidak pernah terlintas di benak saya,
"Nggak afdol, kalau foto tapi nggak bayar."
Mungkin saya.. terlalu sering berpikir dengan otak.
Mungkin saya.. kurang pakai hati.

Inspired by: Hugo Giorgio

Makhluk Nokturnal

Kata orang rindu itu indah. Tapi bagiku ini menyiksa.