I believe in Newton's Third Law

For every action there is an equal and opposite reaction.
It happens in reality. It really does.

Want to share about your thoughts?
Email me: daniawwrr@yahoo.com :)

Wednesday, September 22, 2010

Perempuan, Tangga, dan Laki-laki

Belakangan ini makin banyak hal yang timbul di otak gue. Yang pengen gue tulis dari kemaren-kemaren, bulan-bulan lalu, tapi susah banget buat membuatnya mengalir. Makanya hari ini gue memilih pakai bahasa santai aja lah. Nggak pake saya-sayaan, atau kata baku yang sesuati EYD Bahasa Indonesia yang terlalu berat dan ribet. Yang penting.. (semoga) berisi. Seperti pada post gue sebelum-sebelumnya, gue ingin banget menulis sesuatu tentang wanita. Tentang bagaimana pemberdayaan wanita antara sekarang dan dulu, perkembangan, aktivitas, derajatnya, dan segala macamnya lah. Tapi sebenarnya, gue masih bingung harus mulai dari mana. Rasanya emang cukup sulit buat gue buat menuangkan semua hal yang ada di kepala gue.

Mungkin lebih baik gue awali dari masa lalu. Dari sedikit sejarah yang gue ingat dan yang menurut gue, penting buat diingat.
1. Ratu Sima dari Kerajaan Holing/Kalingga (kerajaan Hindu) pada abad ke 5. Seorang Ratu pemimpin kerajaan yang sangat tegas dan bijaksana. Beliau mampu membawa kerajaannya itu menuju kemakmuran dan kesejahteraan yang dirasakan oleh rakyatnya.
2. Cut Nyak Dien. Pejuang asal Aceh yang mewarisi sifat pejuang dari Ayahnya, dan dengan semangat melanjutkan perjuangan suami pertamanya. Setelah suami pertamanya wafat, Beliau menikah lagi dengan Teuku Umar yang terkenal sebagai pengacau Belanda. Alasan Cut Nyak Dien menikah lagi ialah untuk menemukan orang yang mau membantunya dalam melawan Belanda. Hingga suatu saat Teuku Umar gugur, seiring dengan Cut Nyak Dien yang menua. Tetapi semangatnya tidak pernah padam. Sebisa mungkin ia terus berjuang demi membebaskan bangsa kita dari kolonialisme. Hingga akhirnya Beliau wafat di pengasingan. Beliau berani bertarung nyawa demi bangsa.
3. Wanita yang satu ini, pasti semua orang tau. Raden Ajeng Kartini. Seorang putri asal Jepara yang sempat mengalami jauhnya kesenjangan antara derajat pria dan wanita. Beliau selalu menginginkan pendidikan, dan tentunya pendidikan yang juga diperuntukkan bagi semua perempuan di Indonesia. Intinya, kesetaraan gender. Hal tersebut Beliau usahakan dengan memulai membangun sekolah-sekolah, yang pada akhirnya diikuti oleh perempuan-perempuan di daerah lainnya. Beliau juga berhasil mendapatkan beasiswa di Belanda, walaupun terhalang oleh kedua orangtuanya. Kartini selalu menolak pemikiran sempit yang konservatif. Beliau adalah pahlawan sejati, yang juga berani serta cerdas. Sebagai perintis, Kartini diikuti oleh banyak wanita lain yang juga mendambakan keadilan bagi perempuan di Indonesia. Siti Roehana Koedoes, salah satunya. Seorang pejuang asal Sumatera Barat yang melakukan hal sejalan dengan apa yang telah dilakukan Kartini.

Gue yakin 3 contoh wanita pejuang di atas bisa menjadi dasar dari argumen-argumen yang ada di otak gue yang udah nggak sabar pengen meledak. Mungkin pertama-tama gue perlu bersyukur dulu sekarang, karena gue hidup di dunia yang sudah maju. Emansipasi wanita yang sudah berlangsung cukup lama. Dan gue tinggal menikmati hal tersebut. Tapi gue belum melihat keseteraan gender itu benar-benar ada. Menurut gue, sampai sekarang perempuan masih dipandang rendah. Tetapi mungkin hanya saja pandangan rendah itu sekarang beda. Masih ada sisa-sisa penggalan masa lalu yang menggambarkan sebuah tangga antara posisi perempuan dan laki-laki. Tentunya, kami (perempuan) berada di bawah.

Berikut beberapa poin yang ingin gue ungkapkan (agak random sih);
1. Kepemimpinan yang Bersifat Patriakhial. Ada banyak sekali perempuan yang memiliki potensi mendalam, bahkan melebihi laki-laki. Dalam bidang apapun. Dalam konteks ini, gue buat singkat aja. Perempuan itu terlalu direndahkan dalam hal memimpin. Perempuan identik sebagai pengikut yang tidak bisa membuat suatu perintah tegas atau instruksi yang padat dan jelas. Perempuan identik dengan sebutan 'si lemah' yang hanya bisa jadi anak buah. Contoh sederhananya adalah ketika Pemilu 1999 .Yang seharusnya menjadi presiden adalah Megawati (PDI-P menang -mutlak). Tetapi dengan alasan bahwa Beliau adalah wanita, maka yang diangkat menjadi presiden adalah Gus Dur. Sebuah keputusan yang konyol. Sudah diadakan Pemilu, tetapi pelaksanaannya tidak sesuai dengan suara rakyat hanya dengan alasan bodoh. Kalau kita lihat dalam sejarah, bukankah pemimpin wanita itu hebat? Malahan, Indonesia (seakan) mengalami kemunduran tanpa wanita-wanita hebat itu.

2. Pekerjaan dan Pencari Nafkah. Sulit sekali ya membuktikan bahwa perempuan juga bisa bekerja dengan tingkatan yang sama (bahkan melebihi) pria. Seringkali para istri diremehkan. Dianggap rendah hanya karena menjadi ibu rumah tangga, tetapi tidak dizinkan bekerja. Menjadi ibu rumah tangga dikira orang hanya sekedar membersihkan rumah, memasak, mencuci piring dan baju, mengurus anak, menyiram tanaman, dan sebagainya. Jika ditelusuri, pekerjaan ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang paling membosankan dan menyebalkan bagi para istri yang hanya di rumah. Bayangkan saja, seorang istri hanya sendirian di rumah, melakukan pekerjaan rumah yang tiada habisnya, tetapi.. tidak dibayar. Memang, suami mencari nafkah. Ada uang. Tetapi, apa semua suami punya kesadaran dan tanggung jawab? Ketika suami nggak bekerja, sementara ada 2 anak, ada kebutuhan, bagaimana? Jawabannya, istri yang mencari nafkah, merangkap menjadi ibu rumah tangga, juga. Seringkali pula, perempuan dianggap tidak pantas bekerja dan menghasilkan uang untuk rumah tangga, maupun untuk dirinya sendiri. Alasannya, karena wanita memiliki anak yang menjadi tanggung jawab wanita sepenuhnya. Kita semua terlalu banyak terbawa tradisi. Gue harus akui bahwa hal tersebut masih berlaku keras bagi sejumlah perempuan di Indonesia.

3. Harga Diri. Perempuan dianggap rendah. Murah. Hal ini begitu terlihat jika kita mulai mengarah ke topik pemuas birahi pria. Pekerja seks komersial, yang tubuhnya dijual dan dijadikan 'alat' sekelompok pria tidak berhati untuk melampiaskan nafsunya. Gue merinding dengernya. Mungkin ini (gue akui) adalah salah satu kekurangan perempuan di Indonesia juga. Yang rela melakukan apa saja demi dapat uang. Tapi, setidaknya, bukannya harusnya ada suatu perlindungan untuk perempuan? Kita semua punya masa depan yang harusnya cerah, bukannya masa depan yang disobek-sobek oleh pria. Yang kedua adalah, tindakan kriminal. Pemerkosaan, yang menurut gue adalah sesuatu yang melebihi kiamat buat wanita. Begitu mudah seorang lelaki memenuhi kepuasannya dengan sesaat mencuri mahkota seorang gadis muda yang jalannya (seharusnya) masih panjang. Tragis. Kejam. Gue nggak habis pikir, melihat mereka yang tidak punya hati. Atau tidak punya otak? Dan seringkali pula para korban pemerkosaan itu kurang mendapat perlindungan dari pihak yang (katanya) berwajib. Diinterogasi, ditanya-tanya dengan tidak memikirkan perasaan korban tersebut. Ujung-ujungnya, kesimpulannya itu semua adalah salah si korban. Lagi-lagi, perempuan yang dirugikan.

4. Fisik. Perempuan seringkali dianggap lebih rentan dibanding laki-laki. Dianggap lebih lemah dalam hal fisik. Perempuan dinggap tidak memiliki stamina sebanyak laki-laki. Mungkin memang benar. Tetapi gue masih melihat bahwa hal tersebut menjadi suatu kekurangan perempuan yang ditonjolkan oleh kebanyakan lelaki tidak berhati. Padahal jika dilihat, perempuan sejak belia melalui banyak perubahan-perubahan (pendewasaan) yang jauh lebih nggak enak dibanding laki-laki. Menstruasi yang dialami perempuan tentu bukan sesuatu yang tidak mengganggu. Disertai sakit ini itu dan berbagai distraksi yang bisa membuat perempuan berubah-ubah mood dan perasaan. Sedangkan laki-laki, mengalami proses pendewasaan yang merangsang dan melibatkan rasa nikmat baginya. Selain itu, perempuan akan mengandung. Berbagai gejala yang tidak enak, kemudian beratnya badan yang dibawa ke mana-mana saat kandungan semakin besar, dan pada saat melahirkan. Perempuan berada di antara hidup dan mati. Kalaupun bisa selamat, ia pun akan memikirkan bayinya terlebih dulu. Sedangkan laki-laki?

Mungkin tulisan ini agak terdengar seperti pelecehan terhadap laki-laki. Tapi gue nggak peduli. Kalau perempuan dilecehkan secara fisik, kali ini gue cuma memberi kritikan melalui tulisan. Yang nggak ada apa-apanya bila dibandingkan pemerkosaan. Gue bukannya mengeneralisasi bahwa laki-laki itu semuanya tidak berhati. Gue hanya menulis apa yang menurut gue masih terjadi sampai sekarang.

Entah kenapa gue lagi menggebu-gebu jika bicara tentang topik ini. Apalagi karena tadi, salah satu guru di SMA gue saat lagi ngajar, tiba-tiba melencengkan topik ke arah kesenjangan gender. Dan beliau pun mengutip suatu pertanyaan dari sebuah majalah kaum feminis, yaitu..
"Apa perempuan itu?"
Bukan 'siapa', tetapi 'APA'. Karena kami dijadikan objek. Sebab selama ini kami belum mendapat hak yang penuh untuk melakukan sesuatu untuk diri kami sendiri, Indonesia, dan dunia.

Gue butuh pendapat kalian. So, comments are reallyyyyy expected! ;)

18 comments:

anthrōpos said...

TOP deh Dan, asik asik bener tuh hahaha..
kalo perempuan di nomer 2 kan itu sih kayaknya cuma doktrin dari jaman prasejarah Dan, doktrin manusia itu 75% ga akurat sih, sebenernya kenyataan nya manusia itu sama dan sesungguh semua setara kok hehehe..
kalo menurutku, perempuan itu selalu lebih dari laki-laki dalam banyak hal lho haha..

Dania said...

Wah itu kan menurut kamu go. Justru doktrinnya itu go yg masalah hehehe. Dibilang perempuan setara laki-laki, tp yang jadi masalah itu implementasinya, bukan pernyataannya. Thanks ya gun!

TANNIA MEYANA said...

setuju banget banget banget dan!
udah banyak bukti konkrit yang kita liat gituloh contohnya kea sri mulyani, dia cewek tapi bisa membawa pengaruh besar buat indonesia, bikin negara kita bangga di negri orang.
kalo yg tentang fisik, gua juga setuju, meskipun gua juga akuin kalo cowo lebih kuat dalam beberapa kegiatan fisik, tapi kekuatan wanita dalam menahan sakit waktu period dan waktu melahirkan ga bisa diragukan lagi, fisik wanita ga bisa direndahkan gitu aja dong! :D kita semua sederajat kok dimata Tuhan baik cewe maupun cowo :''') semoga pelecehan thdp kaum wanita bisa dikurangin, karna kalo dihilangkan kayaknya ga mungkin.

Dania said...

Wow thanks ya tan! thanks banget sudah memberi komentar dan tanggapan. Hehehe. Iya emang ya. Tapi mungkin yg membuat fisik cowok lebih kuat dlm bbrp hal itu disebabkan oleh tuntutan yg buat mereka jd latian lebih keras. hehehe.

THANKS YA! iyanih semoga apa yg dikatakan bu merak tadi menjadi awal dari segalanya. AHAHAHAHAHHAHA

TANNIA MEYANA said...

iya betul kan kewajiban mereka buat jadi tulang punggung dan melindungi kaum wanita :) iya bu merak tuh oke banget yah kata2nya sering bgt yg JLEB gitu

MARIA JESSICA said...

wets dan. gw ampe speechless haha. iya nih orang2 masih dilema interaksi antara modernisasi dengan adat2 yang telah berakar dalam masyarakat ckckck

Anonymous said...

Dan, kok post nya agak gantung dan? Apa bb gw yang freak? Hmm. Btw implementasinya ud lumayan kerasa kok. Tp entah mengapa SOMETIMES, ada di sebagian kasus gw merasa cukup nyaman dengan persepsi "cewek" agak lebih lemah dibanding "cowok" karena kadang cewek suka merasa dilindungi. Hehe. Meski gw sangat menolak diskriminasi gender tapi kadang gw mikir, ada nilai yang udah membumi. And sometimes nothing won't change completely. Get me? :)

Dania said...

TANNIA dan MARIA JESSICA: thanks ya.

ANONYMOUS (siapa?): iya mungkin bener juga itu adalah suatu hal yg emang udah yg bersifat tertutup. tapi kalo yg gue liat dan gue rasakan, kadang2 perlindungan itu malah jadi suatu yg melenceng --> pelecehan. Dan gue nggak generalisasi kok, ini cuma diliat dari kasus2 yg ada semata.

hehehehe makasih ya komentarnnyaaaaa ;) oh iya, emang lo liat terakhirnya yang mana?

Unknown said...

hai dan itu reji wah sialan kmrn gw liat di blog dikit banget skrg gw udah baca di pc! dan ternyata i missed like 90% of the point. Okay saya compeletely support your writings man! Dan saya juga mau nambahin, the greatest thing that a woman can do adalah bahwa mereka bersedia kerja di belakang layar, selalu bersedia melayani dan mencintai dan biasanya sepenuh hati. Dan seharusnya peran kita tersebut diberi harga! sip sip. keep writing dan!

Dania said...

oh hahaha emang lo bacanya sampe mana? hehehe. thanks ya regiiiii ;) iya kita harus menunjukkan hal tersebuuuuuuuut

anthrōpos said...

hahaha.. tenang aja Dan, seiring berjalannya waktu, doktrin yang kurang pas gtu pasti punah kok terganti kenyataan yg benar, tapi mungkin pake proses Dan. inget, ga ada yg selamanya lho hehehe..
kalo kata seorang tokoh sosialis, Rosa Luxemburg "semua yang hidup dan bernafas berhak dapat roti dan tanah, namun yang paling terpenting yaitu semua berhak bicara, sebab yang tak bersuara akan jatuh terinjak-injak zaman" hehehe..
yoo sama2 ler haha..

anthrōpos said...

oiya Dan, sebenernya tergantung oknum juga sih ya hehehe.. ga ada yg bisa di salahin. kalo orang itu berpikiran modern dan terbuka sih ga bakal melakukan pembedaan ras gender dan budaya apalg sampe melakukan tindakan yg kurang berkenan kayak gtu hahaha.. kalo di generasi kita sih udah ga ada ya yg beda2in gtu menurutku hehehe..

agungboy said...

pertanyaan pertama:
kenapa jadi pake "lo-gue"? hahaha

gue kasih input ya:
masalah gender? menurut gue,ini cuma isu yang sengaja diangkat buat mengalihkan perhatian. diangkat oleh siapa? negara dunia pertama dan digulirkan ke negara di dunia ketiga.

contoh: "lo pernah denger EZLN di Mexico? disana gak ada yang mempertimbangkan faktor gender secara lebih spesifik,mereka bertindak sesuai porsi dan pemakluman yang jelas. mereka bertindak itu buat satu tujuan. apa tujuannya itu? perjuangan buat sesuatu yang lebih penting. pemimppinnya disana seorang laki2 (Sub Comandante Marcos) dan wanita gak merasa dirugikan atas terpilihnya sosoknya itu.


Kepemimpinan yang Bersifat Patriakhial.

ya,gue juga gak sepakat sama keputusan DPR/MPR waktu itu,gue pikir kalau mereka mencontohkan tindakan goblok. bahwa hal yang udah disepakati itu bisa dilanggar. masalah pemimpinnya siapa? mending dilihat kinerjanya dulu selama kurun waktu yang ditentukan. tapi untuk mempertimbangkan kepemimpinan, ada baiknya memberi ruang sama kondisi psikologis. dan biasanya wanita itu lebih sensitif sama hal-hal yang mengandung unsur perasaan,dibandingkan laki-laki yang lebih rasional. sedangkan memimpin itu perlu sedikit mengesampingkan unsur perasaan itu. tapi disini gue gak menitikberatkan bahwa laki-laki yang pas sebagai pemimpin,kalau wanita bisa melaksanakan tugas itu. kenapa ngak?


Pekerjaan dan Pencari Nafkah

ini berarti orang cowoknya yang gak open minded. tapi gue juga gak membela posisi cowok ya? biasanya kalo cewek udah lebih tinggi daripada cowok,khususnya dalam sisi pekerjaan. biasanya itu cewek suka keterlaluan bertindaknya. jadi yang cewek juga harus tahu posisi. dimana ia sebagai wanita yang berprofesi dan wanita yang sebagai kodrat.

Harga Diri.

masalah harga diri ini. gue sangat gak setuju! tapi satu hal yang mau gue share. dari beberapa perbincangan gue dengan pelacur,gue merasa gak mendapatkan jawaban yang jujur. tentang kenapa dia berprofesi sebagai pelacur. dari satu pertanyaan yang gue lontarkan,jawabannya hampir serupa. dan itu klise! kenapa mereka gak jujur aja?

Fisik

menurut gue pribadi,gue analogikan bahwa wanita itu sangat artistik. dan hal yang artistik itu mengundang interpretasi beragam dari orang yang memandangnya. kalau dia seorang penikmat seni pasti ia akan memperlakukan seperti sebuah karya seni. tapi kalau kolektor (tapi bukan penikmat seni)? ya,dia cuma berbuat itu karena dia ingin memuaskan nafsu aja,dalam hal ini nafsu untuk mengoleksi.

sebenernya masalah gender ini dalam agama gue udah cukup logis penjelasannya. dan gue pikir itu sangat relevan (setidaknya buat gue atau beberapa orang). skali lagi,gue no offence. just share :D

keep writting,dania!

agungboy said...

pertanyaan pertama:
kenapa jadi pake "lo-gue"? hahaha

gue kasih input ya:
masalah gender? menurut gue,ini cuma isu yang sengaja diangkat buat mengalihkan perhatian. diangkat oleh siapa? negara dunia pertama dan digulirkan ke negara di dunia ketiga.

contoh: "lo pernah denger EZLN di Mexico? disana gak ada yang mempertimbangkan faktor gender secara lebih spesifik,mereka bertindak sesuai porsi dan pemakluman yang jelas. mereka bertindak itu buat satu tujuan. apa tujuannya itu? perjuangan buat sesuatu yang lebih penting. pemimppinnya disana seorang laki2 (Sub Comandante Marcos) dan wanita gak merasa dirugikan atas terpilihnya sosoknya itu.


Kepemimpinan yang Bersifat Patriakhial.

ya,gue juga gak sepakat sama keputusan DPR/MPR waktu itu,gue pikir kalau mereka mencontohkan tindakan goblok. bahwa hal yang udah disepakati itu bisa dilanggar. masalah pemimpinnya siapa? mending dilihat kinerjanya dulu selama kurun waktu yang ditentukan. tapi untuk mempertimbangkan kepemimpinan, ada baiknya memberi ruang sama kondisi psikologis. dan biasanya wanita itu lebih sensitif sama hal-hal yang mengandung unsur perasaan,dibandingkan laki-laki yang lebih rasional. sedangkan memimpin itu perlu sedikit mengesampingkan unsur perasaan itu. tapi disini gue gak menitikberatkan bahwa laki-laki yang pas sebagai pemimpin,kalau wanita bisa melaksanakan tugas itu. kenapa ngak?


Pekerjaan dan Pencari Nafkah

ini berarti orang cowoknya yang gak open minded. tapi gue juga gak membela posisi cowok ya? biasanya kalo cewek udah lebih tinggi daripada cowok,khususnya dalam sisi pekerjaan. biasanya itu cewek suka keterlaluan bertindaknya. jadi yang cewek juga harus tahu posisi. dimana ia sebagai wanita yang berprofesi dan wanita yang sebagai kodrat.

Harga Diri.

masalah harga diri ini. gue sangat gak setuju! tapi satu hal yang mau gue share. dari beberapa perbincangan gue dengan pelacur,gue merasa gak mendapatkan jawaban yang jujur. tentang kenapa dia berprofesi sebagai pelacur. dari satu pertanyaan yang gue lontarkan,jawabannya hampir serupa. dan itu klise! kenapa mereka gak jujur aja?

Fisik

gue pribadi, menganalogikan kalau wanita itu sangat artistik. hal yang artistik itu mengundang interpretasi beragam dari orang yang memandangnya. kalau dia seorang penikmat seni pasti ia akan memperlakukan seperti sebuah karya. tapi kalau kolektor (tapi bukan penikmat seni)? ya,dia cuma berbuat itu karena dia ingin memuaskan nafsu,dalam hal ini nafsu untuk mengoleksi.

sebenernya masalah gender ini dalam agama gue udah cukup logis penjelasannya. dan gue pikir itu sangat relevan (setidaknya buat gue atau beberapa orang). skali lagi,gue no offence. just share :D

keep writting,dania!

agungboy said...

pertanyaan pertama:
kenapa jadi pake "lo-gue"? hahaha

gue kasih input ya:
masalah gender? menurut gue,ini cuma isu yang sengaja diangkat buat mengalihkan perhatian. diangkat oleh siapa? negara dunia pertama dan digulirkan ke negara di dunia ketiga.

contoh: "lo pernah denger EZLN di Mexico? disana gak ada yang mempertimbangkan faktor gender secara lebih spesifik,mereka bertindak sesuai porsi dan pemakluman yang jelas. mereka bertindak itu buat satu tujuan. apa tujuannya itu? perjuangan buat sesuatu yang lebih penting. pemimppinnya disana seorang laki2 (Sub Comandante Marcos) dan wanita gak merasa dirugikan atas terpilihnya sosoknya itu.


Kepemimpinan yang Bersifat Patriakhial.

ya,gue juga gak sepakat sama keputusan DPR/MPR waktu itu,gue pikir kalau mereka mencontohkan tindakan goblok. bahwa hal yang udah disepakati itu bisa dilanggar. masalah pemimpinnya siapa? mending dilihat kinerjanya dulu selama kurun waktu yang ditentukan. tapi untuk mempertimbangkan kepemimpinan, ada baiknya memberi ruang sama kondisi psikologis. dan biasanya wanita itu lebih sensitif sama hal-hal yang mengandung unsur perasaan,dibandingkan laki-laki yang lebih rasional. sedangkan memimpin itu perlu sedikit mengesampingkan unsur perasaan itu. tapi disini gue gak menitikberatkan bahwa laki-laki yang pas sebagai pemimpin,kalau wanita bisa melaksanakan tugas itu. kenapa ngak?


Pekerjaan dan Pencari Nafkah

ini berarti orang cowoknya yang gak open minded. tapi gue juga gak membela posisi cowok ya? biasanya kalo cewek udah lebih tinggi daripada cowok,khususnya dalam sisi pekerjaan. biasanya itu cewek suka keterlaluan bertindaknya. jadi yang cewek juga harus tahu posisi. dimana ia sebagai wanita yang berprofesi dan wanita yang sebagai kodrat.

Harga Diri.

masalah harga diri ini. gue sangat gak setuju! tapi satu hal yang mau gue share. dari beberapa perbincangan gue dengan pelacur,gue merasa gak mendapatkan jawaban yang jujur. tentang kenapa dia berprofesi sebagai pelacur. dari satu pertanyaan yang gue lontarkan,jawabannya hampir serupa. dan itu klise! kenapa mereka gak jujur aja?

Fisik

gue pribadi, menganalogikan kalau wanita itu sangat artistik. hal yang artistik itu mengundang interpretasi beragam dari orang yang memandangnya. kalau dia seorang penikmat seni pasti ia akan memperlakukan seperti sebuah karya. tapi kalau kolektor (tapi bukan penikmat seni)? ya,dia cuma berbuat itu karena dia ingin memuaskan nafsu,dalam hal ini nafsu untuk mengoleksi.

sebenernya masalah gender ini dalam agama gue udah cukup logis penjelasannya. dan gue pikir itu sangat relevan (setidaknya buat gue atau beberapa orang). skali lagi,gue no offence. just share :D

keep writting,dania!

agungboy said...

pertanyaan pertama:
kenapa jadi pake "lo-gue"? hahaha

gue kasih input ya:
masalah gender? menurut gue,ini cuma isu yang sengaja diangkat buat mengalihkan perhatian. diangkat oleh siapa? negara dunia pertama dan digulirkan ke negara di dunia ketiga.

contoh: "lo pernah denger EZLN di Mexico? disana gak ada yang mempertimbangkan faktor gender secara lebih spesifik,mereka bertindak sesuai porsi dan pemakluman yang jelas. mereka bertindak itu buat satu tujuan. apa tujuannya itu? perjuangan buat sesuatu yang lebih penting. pemimppinnya disana seorang laki2 (Sub Comandante Marcos) dan wanita gak merasa dirugikan atas terpilihnya sosoknya itu.


Kepemimpinan yang Bersifat Patriakhial.

ya,gue juga gak sepakat sama keputusan DPR/MPR waktu itu,gue pikir kalau mereka mencontohkan tindakan goblok. bahwa hal yang udah disepakati itu bisa dilanggar. masalah pemimpinnya siapa? mending dilihat kinerjanya dulu selama kurun waktu yang ditentukan. tapi untuk mempertimbangkan kepemimpinan, ada baiknya memberi ruang sama kondisi psikologis. dan biasanya wanita itu lebih sensitif sama hal-hal yang mengandung unsur perasaan,dibandingkan laki-laki yang lebih rasional. sedangkan memimpin itu perlu sedikit mengesampingkan unsur perasaan itu. tapi disini gue gak menitikberatkan bahwa laki-laki yang pas sebagai pemimpin,kalau wanita bisa melaksanakan tugas itu. kenapa ngak?


Pekerjaan dan Pencari Nafkah

ini berarti orang cowoknya yang gak open minded. tapi gue juga gak membela posisi cowok ya? biasanya kalo cewek udah lebih tinggi daripada cowok,khususnya dalam sisi pekerjaan. biasanya itu cewek suka keterlaluan bertindaknya. jadi yang cewek juga harus tahu posisi. dimana ia sebagai wanita yang berprofesi dan wanita yang sebagai kodrat.

Harga Diri.

masalah harga diri ini. gue sangat gak setuju! tapi satu hal yang mau gue share. dari beberapa perbincangan gue dengan pelacur,gue merasa gak mendapatkan jawaban yang jujur. tentang kenapa dia berprofesi sebagai pelacur. dari satu pertanyaan yang gue lontarkan,jawabannya hampir serupa. dan itu klise! kenapa mereka gak jujur aja?

Fisik

gue pribadi, menganalogikan kalau wanita itu sangat artistik. hal yang artistik itu mengundang interpretasi beragam dari orang yang memandangnya. kalau dia seorang penikmat seni pasti ia akan memperlakukan seperti sebuah karya. tapi kalau kolektor (tapi bukan penikmat seni)? ya,dia cuma berbuat itu karena dia ingin memuaskan nafsu,dalam hal ini nafsu untuk mengoleksi.

sebenernya masalah gender ini dalam agama gue udah cukup logis penjelasannya. dan gue pikir itu sangat relevan (setidaknya buat gue atau beberapa orang). skali lagi,gue no offence. just share :D

keep writting,dania!

Dania said...

WOW GUYS, thanks ya komentar2nya. Asik juga ada komentar dari perempuan dan juga laki2 (yg beda cara pandangnya).

AGUNG:
trimakasih ya gung atas komennya yg sangat kritikal dan membangun! gw trima kok, krn mnurut gue ini adalah cara pandang org. dan persepsi tiap org itu beda2. hehehehe.

pake lo-gue: karena gue males bikin yg tralu baku. nanti kpn2 coba yg lebih baku dgn eyd. haha.

oia seblumnya gue sampein dulu. sebenernya gue menulis ttg kesenjangan gender di indonesia (well gw lupa mention di tulisan gue hehe).

Masalah pekerjaan dan pencari nafkah: sebenernya yg gue maksud disini adalah bgmn cara masyarakat memandang wanita. oke, ksombongan dan sifat independen yg berlebihan mgkn akan muncul jika wanita bs melebihi pria dlm hal profesi. tp menurut gue hal itu muncul krn slama ini wanita masih dibwh pria. sehingga jd suatu kebanggaan tersendiri bagi wanita yg merasa melebihi pria. tiap ada pekerjaan yg bersifat 'kelaki-lakian' dpt dikerjakan wanita dgn tingkat setara ataupun melebihi pria, itu mjd sesuatu yg aneh dan baru di masyarakat. dan itu menimbulkan ksombongan dr wanita itu sendiri. dan dlm pikiran gue (sbg wanita), seharusnya itu adlh hal yg biasa. karena wanita dan pria.. setara. oia mslh kodrat. setau gue kodrat itu sesuatu yg bersifat biologis (mis: wanita menstruasi, hamil, melahirkan). dan yg gue bicarakan disini, adalah gender: peran yg diberikan masyarakat buat wanita dan pria (yg sebenernya.. nggak ada jwbn yg mutlak).

Harga diri: hmm gue setuju jg sih. mreka jg ga pny alasan yg jelas knp mereka memutuskan utk jadi pelacur. mgkn ini salah wanitanya sendiri. dan mungkin, pendapat gue: hal ini trjadi karena rendahnya tingkat pendidikan. sehingga membuat mereka memutuskan utk lebih menggunakan tubuhnya utk cari uang, dibanding otak. ini tentu ada hubnya jg sm pelecehan seksual sampe pemerkosaan. rendahnya pengetahuan wanita ttg seks itu memicu mudahnya terjadi pelecehan tsb, kalo menurut gue.

oh ya gung, gue agak bingung sama pernyataan lo yg ttg pengangkat isu ini. hehe bs tolong dijelaskan?

dan mungkin perbedaan pmikiran ini disebabkan karna gue perempuan, dan lo laki-laki. menarik juga ya. THANKS BANGET YA GUNG!

agungboy said...

hahaha, beneran 3 kali. gila bet!

gini lho dan,masalah dasarnya apa sih? menurut gue itu masalah keadilan. dan itu jelas gak memandang gender atau hirarki apapun.

disini gue gak menyepelekan soal gender,tapi gue memendang ini cuma salah satu isu yang dibiuskan aja. orang miskin apa memandang gender? mereka cuma mencari keadilan. kaum gay & lesbian? mereka cuma mencari keadilan. penjahat dan koruptor? mereka pun sama.

dan keadilan itu bukan sama rata sama rasa. keadilan itu menempatkan sesuai dengan porsinya,dengan kemampuannya. (kalau masalah koruptor & penjahat itu beda kasus. mereka masuk dalam kategori benar dan salah dalam unsur norma)

contoh kasus:
gue sendiri, sangat gak yakin kalo orang miskin yang memdadak dapet duit 10 juta (kaya acara reality show itu) akan merasa sangat ikhlas dibantu dan apa yang membantu juga ikhlas? lo liat sendiri,syaratnya? harus habis dalam waktu yang gak masuk akal menurut gue. keikhlasan itu gak memandang publikasi,cuma butuh sedikit penggerak dalam hari.

dan sesuai konfirmasi lo barusan,kalo lo memandang itu tentang kesenjangan gender. lo sangat benar. tapi gue berpandangan, kita harus mencari esensi dasar permasalahannya. mereka bukan bicara soal gender,mereka cari keadilan.

skali lagi, no offence. :D