I believe in Newton's Third Law

For every action there is an equal and opposite reaction.
It happens in reality. It really does.

Want to share about your thoughts?
Email me: daniawwrr@yahoo.com :)

Sunday, March 28, 2010

Astagavina (Vina Bukan Naga)

Ah belakangan ini jadi lupa kalau mau post tentang ultah teman. Telat satu hari vin :p
Maaf, judulnya memang terlalu enak untuk digigit.


Vina adalah teman yang paling terbaik (kalimat tidak efektif) yang pernah saya temui (sepertinya). Dia tidak pernah meninggalkan teman-teman dekatnya, selalu mengingat saya, selalu mengingat teman-teman yang lain, dan sebagainya (gaya bahasa hiperbola). Vina sangat baik, sangat baik, benar-benar baik (hiperbola repetitif).

Saya sadar seharusnya saya mengucapkan Selamat Ulang Tahun dulu untuk Cornelia Wivina. Teman saya ini genap berusia 16 tahun. Wah selamat ya Vina! ;)

Maaf Melisa Averina, fotomu saya ambil yaaaa :p

Saturday, March 27, 2010

Danke

Photobucket

It feels like living in this sorta place. Even more comfortable.
Thank you so much, ily.

photo taken by me
location: le bridge, ancol
waiting for the sun to rise,
but we missed it -_-
but had a great time yesterday,
super-biking, and etc

Thursday, March 25, 2010

Siapa Yang Tidak Malu?

Jujur, dulu saya baru sekali melihat orang Indonesia membersihkan tembok-tembok yang dicoret-coret. Itupun saya hanya melihat di foto, bukan secara langsung.

Waktu jalan-jalan kemarin, saya lihat orang ini. Sepertinya bisa jadi objek yang bagus. Sayangnya anglenya kurang bagus (banyak orang di sekitar saya, jadi sulit dapat tempat motret yang strategis)

Photobucket
Photobucket

Nah yang saya lihat kemarin, sayangnya bukan orang Indonesia.
Ha, saya tidak tau harus salut, tertawa, sedih atau apa.
Ya, malu.


Bahasa saya sedang agak aneh hari ini. Tidak enak dibaca, maaf ya.

Wednesday, March 24, 2010

Saya Orang Jakarta

Here are some photos I told you to wait for before. We went to Jatinegara then luckily found the railway! :) Yeaa, I've been dying to take pics in this sorta place.

Photobucket
Photobucket
terrible angle, seriously

Photobucket
Photobucket
Photobucket
Photobucket
Photobucket
Kalau nggak bareng Hugo nggak mungkin ke sini :p Haha

Photobucket
I'm not good at photoshop, still can't find the best color

Photobucket
BYE!

Masih ada foto yang harus saya post lagi sebenarnya. Besok lagi mungkin.
Oh ya, berhubung tadi mengidam ice cream, lalu kami ke Ragusa. Nggak sempet foto tadi, lupa -_- Terimakasih Hugo sudah menemani!
Yes I was exhausted, but today was extremely cool!

Mengopi Dulu?

Photobucket

I went out with Hugo today. Looking for some fresh air and certainly... taking pictures :)
I'll write more about it later, and please wait for the pics!

p.s: editan warna mati, sengaja. tapi mungkin gagal -__-

Tuesday, March 23, 2010

(In)dependen

Photobucket

Tadinya saya ingin berbacot ria.
Untung ada kamu, Biru.

Saturday, March 20, 2010

An Outsider

I love you my (old) friends, I still want to be a part of you guys.
Yea, I wish you could let me in, pals.

Friday, March 19, 2010

Candu II

Photobucket

Alice took this photo.
I love it, very muuuuuuuuuchhhhh. Danke!

Wednesday, March 17, 2010

I'm Not An Expert


But I enjoy it, very much
Hey it's not a competition, man
It's all about having fun and let your soul fly away with the melodies
It's about shaking your body, following the rhythm
For me, it's one of my needs
Keep on rocking, guitar players!

Monday, March 15, 2010

Tindakan Konkrit?

Entah mengapa, belakangan ini saya semakin sering berpikir tentang berbagai hal. Apa saja. Mulai dari hal-hal tentang diri saya sendiri, tentang keluarga saya, tentang teman-teman saya, linkungan sekitar saya. Atau mungkin, tentang bangsa. Atau juga, dunia. Seperti ada perdebatan dalam pikiran saya. Perdebatan antara pro dan kontra yang berlangsung begitu lama dan sulit sekali ditentukan pemenangnya. Karena argumen dari kedua belah pihak yang sama-sama kuat. Atau, sama-sama lemah?

Saat ini mungkin yang terlalu mencolok dalam pikiran saya adalah hal tentang negara. Negara saya ini tentunya, Indonesia. Sebelumnya, saya tanya pada Anda yang merupakan sama-sama warga negara Indonesia seperti saya. Pernahkah Anda mengkritik Indonesia? Dari segi apa saja. Entah pemerintah, berbagai lembaga, pihak-pihak swasta, atau rakyat sendiri. Saya yakin tidak ada di antara kalian yang akan menjawab 'belum pernah'. Tetapi, kini saya sedikit ubah pertanyaan saya. Bila Anda mengkritik tentang hal apa saja dalam negara kita, apakah Anda juga melihat hal yang Anda kritik itu dari berbagai sudut pandang? Atau apakah Anda juga menambahkan segala pemikiran tentang masalah-masalah lainnya?

Baik, mungkin kita ambil satu contoh terlebih dahulu. Yang mudah saja, misalnya kita mengkritik tentang pemerintah. Yang pertama kali dibicarakan oleh rakyat pastinya adalah presiden. Biasanya pembicaraannya itu berisi kritikan atas 'ketidakbecusan' pemerintah dalam memajukan RI. Segala-galanya ditumpahkan pada kritikan bagi pemerintah. Contoh yang mudah adalah buruknya lingkungan karena banyak pemukiman kumuh, ribuan pengemis dan gelandangan, dan juga kasus kriminalitas yang tidak ada habisnya. Siapa yang disalahkan? Jawaban sebagian besar orang adalah: pemerintah.

Saya sedang mencoba menyalurkan pendapat saya tanpa memihak siapapun. Saya juga rakyat biasa yang terkadang sok-sokan memberi kritikan bagi berbagai pihak. Walaupun saya bukan orang yang tahu banyak hal. Jujur saya, terkadang hal tentang kritik di atas mengganggu pikiran saya. Yang muncul di benak saya adalah, "negara bukan terdiri hanya dari pemerintah." Dengan uraian, kita sebagai rakyat juga merupakan salah satu faktor terbentuknya negara kita ini. Secara logika, semua faktor dari sesuatu pasti mempengaruhi hal tersebut. Sama seperti sebuah negara. Jika hanya satu faktor yang berperan, apakah bisa?

Sekarang saya lebih memikirkan dan mempertimbangkan berbagai hal sebelum saya mencurahkan pikiran-pikiran saya. Entah itu melalui tulisan atau melalui orang lain. Terkadang saya terlalu terlarut dalam pikiran saya tentang berbagai masalah di Indonesia. Sering kali saya munculkan berbagai argumen baru, kemudian saya tambahkan lagi dengan berbagai argumen yang berlawanan. Ya, seperti yang saya katakan tadi. Seperti ada perdebatan dalam otak saya. Tentunya perlawanan argumen-argumen itu mengulang hal-hal yang baru saja saya kritik.

Sebagai rakyat biasa, saya benar-benar tidak tahu bagaimana cara untuk membantu Indonesia untuk menjadi lebih baik. Saya tidak ingin mendengar Anda berkata bahwa Indonesia adalah bangsa yang tidak punya harapan lagi. Saya tidak ingin melihat Anda berteriak dan berseru bahwa Indonesia negara teroris. Saya tidak ingin mendengar ejekan-ejekan tentang negara Indonesia dari mulut-mulut warga negaranya sendiri. Tidakkah Anda malu? Kalau bukan kita yang berusaha membangkitkan Indonesia, lalu siapa lagi?

Yang saya lakukan sekarang ini mungkin hanya sebatas mengungkapkan pemikiran-pemikiran saya pada beberapa orang, atau menuangkannya dalam karangan argumentasi saya. Kata banyak orang kita harus berani menunjukkan pikiran kita dengan tindakan nyata. Tetapi jika kita telusuri lagi nasehat itu, terlalu sulit untuk mencari hal konkrit yang dapat kita tunjukkan demi pemikiran yang kita anggap baik. Sampai sekarang saya masih bertanya-tanya, bagaimana cara kita dapat membuktikan hal tersebut.

Saya jadi ingat akan suatu diskusi di sekolah saya yang mengundang Jaya Suprana dan Inayah Wahid, putri dari Alm. Gusdur. Saat itu temanya adalah tentang perdamaian. Saya sempat bertanya tentang kebingungan saya atas yang di sebut tindakan konkrit itu. Ambil contoh seperti tadi. Misalnya saya dan kelompok kecil saya yang memiliki berbagai pemikiran yang menurut kami baik, yang isinya menyangkut kritikan kami tentang pemerintah Indonesia. Jika kami diminta untuk menunjukkannya dalam tindakan konkrit, apa tindakan konkrit yang benar-benar tepat? Pemerintah bukanlah lembaga yang dekat dengan rakyat. Di samping itu, mungkin saya dan kelompok kecil saya ini hanyalah 1 banding 1000-sekian orang-orang yang memiliki pemikiran berbeda satu sama lain. Lantas apa yang harus dilakukan?

Saya mendapat jawaban yang singkat, tetapi bisa sedikit menenangkan hati saya. Putri bungsu Alm. Gusdur itu menjawab dengan setengah bertanya, "jika Anda hanyalah satu-satunya orang baik di antara ribuan orang jahat, apakah itu artinya mengubah lingkungan Anda menjadi lebih baik adalah hal yang mustahil?" Saya pun bertanya pada diri saya sendiri, "jika saya ingin mewujudkannya, mengapa saya tidak berbagi tentang pikiran-pikiran saya itu dengan orang lain?" Dengan itu kita dapat berpikir dan berpendapat secara realistis dan objektif. Hanya saja, dalam mewujudkannya dalam tindakan konkrit tidak secepat kita membicarakannya dengan orang lain. Dibutuhkan waktu dan usaha.

Mungkin cukup sampai di sini dulu karangan argumentasi saya ini. Saya ingin mengembangkan gaya menulis saya. Bahasanya buruk. Isinya juga masih terlalu mentah dan berantakan. Komentar, saran, dan kritik dari Anda sangat saya nantikan.

Thursday, March 11, 2010

Sunday, March 7, 2010

Music Is Free

I went for Java Jazz Festival on 6th of March 2010, for free. My bro got those free tickets from somewhere.
Like I saw there, music is free.

All photos were taken by me except the last one. Oh by the way, I also saw a photography workshop by Kompas. Arbain Rambey was there, he explained about taking pictures in live performances, especially music performances with low light. Yeaa, it was good.

Photobucket
I don't really know about this band but I thought the singer was Imel from Ten2Five. All of the players (except the drummer) were girls.

Photobucket
Photobucket
Saw the sweetest couple on earth again yesterday, Endah 'n Rhesa.

Photobucket
They colaborated with Warman Nasution, he was amazing.

Photobucket
Contra Indigo, a talented band from Bandung, taught us to have fun go mad.

And the last performance I saw,
Photobucket
Photobucket
Photobucket
Sandhy Sondoro! He was awesome. The band also sounded great. See the photo above I was in front of the stage, and the it was sort of crowded. Full of professional photographers taking pictures. And I, was... the shortest one. My mom got a place to sit (the cameraman place) behind me. There were so many people, but the show was too good.

But unfortunately, I missed Gugun Blues Shelter's performance. There were about 20(?) stages there, it was so confusing.

Photobucket
me, taken by my mom

Java Jazz Festival was a blast!

Wednesday, March 3, 2010

Sebenarnya Masih Banyak Yang Ingin Diungkapkan

Wah sudah lama juga ya gue nggak nulis panjang lebar dan berbacot ria di blog. Belakangan ini gue lebih sering ngepost foto atau video-video yang berhubungan dengan music fever yang sedang gue alami. Hahaha. Atau nggak, gue sekarang jadi lebih sering nulis sedikit kata gitu. Ya nggak tau kenapa ya. Mungkin ada beberapa orang yang bilang kalau blog diisi dengan sedikit kata-kata itu lebih menarik, apalagi ditambah foto-foto atau gambar-gambar, ataupun video yang enak dilihat. Tapi setelah gue pikir-pikir lagi, yang namanya blog kalau tulisannya dikit itu buat apa dong? Hahaha. Jadi gue berniat buat mulai nulis-nulis tentang pendapat-pendapat gue lagi. Dan berbagai hal yang memang (mungkin) bagus buat ditulis di blog, berhubung gue suka menulis. Hehehe.

Okay in fact I don't have any specific topic to discuss today. Dari kemaren pikiran gue memang numpuk dan banyak banget hal-hal yang ngapain-sih-dipikirin itu muncul-muncul terus di benak gue. Itu membuat gue jadi sedikit aneh dan nggak bisa mengistirahatkan otak gue, termasuk saat tidur. Ya tuh kan, giliran gue pengen nulis bener-bener pasti ada acara bacot bacot yang nggak penting. Mengarah ke curhat, hahaha tapi nggak kok. Maaf ya.

Hmm karena nggak ada topik yang memang udah gue siapin, mungkin gue cuma pengen mengungkapkan pendapat gue tentang model-model kericuhan di pemerintah seputar bank century dan segelintir masalah yang disebabkannya. Waktu itu gue sempet ngobrol sama nyokap gue soal pemerintahan (ini gue ngomong secara luas aja ya, nggak mengkritik pemerintah dalam lingkup sempit). Nyokap gue bilang, di dalam sistem pemerintahan kita itu aja udah 'kotor'. Sudah 'terlanjur kotor' gitu istilahnya. Mungkin karena memang udah banyaaak banget kasus ini itu, beserta penyimpangan-penyimpangan negatif yang merugikan banyak pihak serta menguntungkan pihak yang curang. Hal-hal itu sudah terlalu lama dan dibiarkan begitu saja. Sebenarnya mungkin bukan begitu aja, tapi hal itu terlalu sulit untuk dijangkau. Apalagi di lembaga-lembaga negara semacam itu. Jadi kesimpulan yang gue dan nyokap gue ambil adalah: sejujurnya seseorang yang bekerja di lembaga yang sudah tercemar/kotor, kejujurannya itu akan sia-sia. Nggak guna.

Ada yang nonton film 'Edge of Darkness'nya Mel Gibson? Bagi yang belum nonton, coba baca deh sinopsisnya, atau nonton langsung aja deh. Bagus, tapi mungkin memang agak sulit dimengerti di beberapa bagian. Intinya film itu membuat gue dan nyokap gue tambah sadar bahwa suatu kejahatan atau sesuatu yang ilegal pasti diperbuat dengan cara yang pintar. Yang gue maksud pintar adalah, mereka (si 'penjahat' itu) akan mencari koneksi sebanyak mungkin agar dia bisa terlindungi dan lepas dari ketakutannya setelah melakukan kejahatan itu. Itu yang menurut gue dan nyokap gue sering terjadi zaman sekarang ini. Bukan kayak zaman dulu, kalau sekarang orang-orang yang mau berbuat jahat akan mencari cara yang paling logis dan pintar untuk menutupi kejahatannya itu. Semakin brilian. Semakin sulit diatasi.

Mungkin perlu gue tulis sedikit garis besar filmnya. Jadi Emma Craven (anak dari Mel Gibson) terbunuh karena ketahuan udah tau tentang produksi senjata yang dilakukan oleh perusahaan tempat kerjanya (anggap perusahaan A). Thomas Craven (Mel Gibson) dalam film itu sendiri adalah seorang detektif yang udah sangat berpengalaman. Sehingga beberapa pihak merasa pembunuhan putrinya itu disebabkan oleh musuh yang dimililki oleh Thomas. Thomas sebagai penegak hukum pun menolak untuk membiarkan investigasi kematian putrinya itu berlangsung tanpa campur tangannya. Akhirnya Thomas pun berusaha mencari tau sendiri tentang hubungan putrinya dari kontak-kontak yang ada dalam cell phonenya, satu persatu clue pun ia temukan dari mereka. Kasus yang diselidiki oleh Thomas tersebut melibatkan beberapa orang yang bukan berasal dari lembaga formal ataupun dari lembaga negara. Justru orang itu yang membantunya mencari tau tentang berbagai hal. Bukan organisasi atau lembaga yang resmi atau lembaga milik negara, melainkan bukan orang yang dikenal, atau orang yang terkemuka. Ya sulit diceritakan lah. Lebih baik kalian nonton deh :p

Yang kedua, film 'From Paris With Love'nya John Travolta. Coba nonton deh, atau baca sinopsisnya kalau nggak berminat. Film ini menurut gue lebih keren (hehehe) dan lebih bisa dinikmati kok. Tapi dibalik action-action dan beberapa kekonyolan dalam film itu (agak lucu juga soalnya), film ini meaningful. Bercerita tentang Charlie Wax (John Travolta) yang dateng dari USA ke Paris untuk bekerja sama dengan James Reese yang merupakan duta besar USA di Perancis (Jonathan Rhys Meyers), dalam rangka mencari tau dan membasmi teroris di Paris itu. Cara Charlie Wax itu memang gila, tapi brilian. Dengan gampang dia bisa bunuh orang di mana aja. Dengan pintar dia bisa memperkirakan berapa lama orang turun dari lantai 6 kemudian dengan tepatnya dia menjatuhkan bom tepat saat orang-orang itu sampai ke mobil. Dengan tepat dia bisa menembak mobil teroris dari jembatan menggunakan bazooka. Memang gila, tapi memang mungkin itu yang dibutuhkan. Cara-cara seperti itu yang mungkin dianggap tidak lazim buat membasmi teroris dan bentuk-bentuk kriminal lainnya.

Oke, gue tau post gue udah terlalu panjang. Kesimpulan yang gue ambil dari kedua film dan kenyataan-kenyataan yang terjadi saat ini adalah: diperlukan cara ilegal untuk mengawasi lembaga-lembaga yang besar. Mungkin diperlukan cara-cara yang tidak wajar untuk menegakkan keadilan dan menunjukkan kebenaran.

Saran gue, nonton deh dua film di atas : ) Di saat orang-orang ribut nonton Percy Jackson atau Alice in Wonderland, atau pun Dear John, yang gue tanya ke orang-orang cuma, "eh pada nonton Edge of Darkness sama From Paris With Love nggak?". Dan 4 dari 5 orang akan menggeleng.

Monday, March 1, 2010