Mungkin kita perlu meneladani apa yang biasa dilakukan masyarakat Mesir. Apalagi jika dilihat dari kebiasaan yang dilakukan oleh umat Kristen Koptik dan umat Islam selama bulan Ramadhan maupun pada hari raya Idul Fitri. Di sana, populasi umat Kristen Koptik mencapai sekitar 20% dari 80 juta penduduk Mesir. Walaupun tetap termasuk minoritas, hebatnya mereka masih bisa menjalin hubungan yang baik antar satu sama lain.
Pada saat bulan Ramadhan, umat Kristen Koptik sangat menunjukkan rasa solidaritasnya terhadap umat Islam yang sedang berpuasa. Misalnya, mereka akan ikut berpuasa di tempat kerja, dan bahkan mengadakan buka puasa bersama dengan umat Islam. Gereja Kristen Koptik seringkali menjadikan hal ini suatu tradisi yang biasa disebut juga (seingat saya) Buka Puasa Nasional. Hal tersebut memicu hubungan yang baik dan akrab antara dua perbedaan itu. Seperti pada bulan-bulan biasanya (selain Ramadhan), umat Islam sering pula bersilahturahmi ke rumah-rumah warga Non-Muslim di sekitarnya. Demikian pula sebaliknya. Rasanya, keduanya saling menghargai dan menikmati kedamaian tersebut. Ada satu hal yang paling menarik perhatian saya. Pada saat menjelang Ramadhan sampai menjelang Idul Fitri, hampir setiap kali umat Kristen Koptik dan umat Islam bertemu secara tak sengaja (walaupun tidak saling kenal), mereka saling memberi salam, atau memberi ucapan Selamat Berpuasa, atau Selamat Idul Fitri.
Menarik. Tradisi yang sangat baik dilestarikan. Perbedaan memang perlu dipadukan dengan toleransi dan solidaritas. Dengan adanya rasa menghargai antar satu sama lain, perbedaan itu bukannya malah berpecah. Melainkan akan saling melengkapi. Bayangkan, jika setiap orang memiliki sikap inklusif, moderat, dan terbuka. Bayangkan jika kita berhasil menemukan keselarasan itu, rasanya perbedaan itu lenyap sudah. Yang ada kita sudah bersatu. Maka lengkap. Begitu yang saya tangkap.
Selingan --> Dari tadi saya sudah menulis banyak hal tentang perbedaan. Terutama tentang suku dan ras di Indonesia. Lalu saya hapus. Lebih baik saya terpaku pada satu topik sempit saja. Yaitu tentang perbedaan agama dan Idul Fitri ;)
Berbicara tentang agama, saya jadi ingat akan Terry Jones. Saya sendiri tidak mengerti apa keuntungan yang ingin ia temukan dengan melakukan pembakaran Al'Quran untuk memperingati 9 tahun terjadinya peristiwa 11 September. Mungkin hal tersebut ingin Terry Jones dan pengikut-pengikutnya lakukan agar umat Islam merasa terpojokkan akibat aksi teroris pada Gedung WTC itu. Tetapi sekali lagi saya ulang pertanyaan, di mana keuntungannya? Dengan membakar Al'Quran, apa korban-korban peristiwa itu bisa hidup lagi? Apa gedung itu bisa berdiri lagi? Lagipula, peristiwa itu bukan akhir dari Amerika Serikat. Peristiwa itu tidak membawa Amerika Serikat sampai keterpurukan yang benar-benar merugikan sampai sekarang. Untungnya, mayoritas masyarakat Amerika Serikat menolak hal tersebut. Hal itu sama saja seperti memecahkan tali persaudaraan antara manusia di dunia.
Seperti yang terjadi di negara ini. Konflik yang tajam antar satu agama dengan agama lain tidak jarang kita temui di Indonesia. Ambil contoh paling mudah. FPI. Jujur saja saya kurang mengerti kenapa mereka merasa bahwa mereka perlu melakukan suatu pembelaan. Secara subjektif, saya sendiri sebagai Non-Muslim tidak pernah merasa terganggu akan adanya puasa, Idul Fitri, suara Adzan, dan sebagainya. Malah bagi saya, itu adalah sesuatu yang menarik. Selain itu, tidak sedikit ajaran Islam yang berarti dan menyentuh. Namun saya berani akui, jika dicermati, memang ada beberapa kelompok akan kepercayaan tertentu yang terlalu menutup diri dan bersikap eksklusif akan agamanya masing-masing. Setelah saya pikir-pikir ulang, mungkin hal tersebut menjadi salah satu alasan FPI ingin membela Islam. Menurut saya, mereka memiliki niat yang baik. Tetapi, mereka hanya kurang mengerti bagaimana caranya.
Maka saya, tidak ingin sepenuhnya menyalahkan FPI akan berbagai hal buruk yang terjadi di Indonesia belakangan ini. Indonesia terdiri dari 6 macam umat beragama dan berbagai aliran kepercayaan lainnya. Untuk menyelesaikan semuanya, saya yakin kita memerlukan kekuatan dari segala pihak. Tidak hanya dari Islam, atau Katolik, atau Kristen, atau Buddha. Dan seterusnya. Intinya kita semua perlu bersatu dan membuka pikiran kita masing-masing. Setiap orang membutuhkan wawasan yang pasti bisa membuka dan memperluas pikiran. Menganut suatu agama, bukan berarti hanya terpaku pada ajaran agama itu saja. Menganut satu agama, bukan berarti kita kita hanya boleh mengetahui dan mempelajari hal-hal tentang agama itu saja. Justru penting bagi kita untuk mengerti hal-hal tentang agama dan kepercayaan di sekitar kita.
Saya menyukai satu ajaran dari Islam yang mengajak kita untuk bermaaf-maafan ketika menjelang Ramadhan maupun Lebaran/Idul Fitri. Bukan hanya formalitas, tetapi maaf dari dalam hati kita masing-masing. Seperti halnya hari Natal bagi umat Kristiani, yang biasa diperingati dengan adanya pohon Natal dan lagu-lagu Natal. Di Jepang, hari Natal bagaikan hari raya bagi semua orang, bukan hanya umat Kristiani. Semua orang menyukai hiasan-hiasan pohon Natal. Nah, sama saja. Lebaran identik dengan Ketupat. Ketupat adalah makanan khas Lebaran yang disukai oleh banyak orang. Tidak hanya umat Islam. Maka, Idul Fitri tidak hanya bisa dirayakan oleh umat Islam. Secara tidak langsung, masyarakat Non-Muslim juga dapat menghayati hari raya Idul Fitri ini. Tidak ada salahnya kan, bermaaf-maafan dengan sesama. Tidak ada salahnya kan, makan ketupat? ;)
(Untuk besok, 10 September 2010)
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H. Mohon maaf lahir batin ;)
Maaf, bahasa saya amburadul. Acak-acakan. Tulisan yang masih sangat mentah, hahaha.
Pada saat bulan Ramadhan, umat Kristen Koptik sangat menunjukkan rasa solidaritasnya terhadap umat Islam yang sedang berpuasa. Misalnya, mereka akan ikut berpuasa di tempat kerja, dan bahkan mengadakan buka puasa bersama dengan umat Islam. Gereja Kristen Koptik seringkali menjadikan hal ini suatu tradisi yang biasa disebut juga (seingat saya) Buka Puasa Nasional. Hal tersebut memicu hubungan yang baik dan akrab antara dua perbedaan itu. Seperti pada bulan-bulan biasanya (selain Ramadhan), umat Islam sering pula bersilahturahmi ke rumah-rumah warga Non-Muslim di sekitarnya. Demikian pula sebaliknya. Rasanya, keduanya saling menghargai dan menikmati kedamaian tersebut. Ada satu hal yang paling menarik perhatian saya. Pada saat menjelang Ramadhan sampai menjelang Idul Fitri, hampir setiap kali umat Kristen Koptik dan umat Islam bertemu secara tak sengaja (walaupun tidak saling kenal), mereka saling memberi salam, atau memberi ucapan Selamat Berpuasa, atau Selamat Idul Fitri.
Menarik. Tradisi yang sangat baik dilestarikan. Perbedaan memang perlu dipadukan dengan toleransi dan solidaritas. Dengan adanya rasa menghargai antar satu sama lain, perbedaan itu bukannya malah berpecah. Melainkan akan saling melengkapi. Bayangkan, jika setiap orang memiliki sikap inklusif, moderat, dan terbuka. Bayangkan jika kita berhasil menemukan keselarasan itu, rasanya perbedaan itu lenyap sudah. Yang ada kita sudah bersatu. Maka lengkap. Begitu yang saya tangkap.
Selingan --> Dari tadi saya sudah menulis banyak hal tentang perbedaan. Terutama tentang suku dan ras di Indonesia. Lalu saya hapus. Lebih baik saya terpaku pada satu topik sempit saja. Yaitu tentang perbedaan agama dan Idul Fitri ;)
Berbicara tentang agama, saya jadi ingat akan Terry Jones. Saya sendiri tidak mengerti apa keuntungan yang ingin ia temukan dengan melakukan pembakaran Al'Quran untuk memperingati 9 tahun terjadinya peristiwa 11 September. Mungkin hal tersebut ingin Terry Jones dan pengikut-pengikutnya lakukan agar umat Islam merasa terpojokkan akibat aksi teroris pada Gedung WTC itu. Tetapi sekali lagi saya ulang pertanyaan, di mana keuntungannya? Dengan membakar Al'Quran, apa korban-korban peristiwa itu bisa hidup lagi? Apa gedung itu bisa berdiri lagi? Lagipula, peristiwa itu bukan akhir dari Amerika Serikat. Peristiwa itu tidak membawa Amerika Serikat sampai keterpurukan yang benar-benar merugikan sampai sekarang. Untungnya, mayoritas masyarakat Amerika Serikat menolak hal tersebut. Hal itu sama saja seperti memecahkan tali persaudaraan antara manusia di dunia.
Seperti yang terjadi di negara ini. Konflik yang tajam antar satu agama dengan agama lain tidak jarang kita temui di Indonesia. Ambil contoh paling mudah. FPI. Jujur saja saya kurang mengerti kenapa mereka merasa bahwa mereka perlu melakukan suatu pembelaan. Secara subjektif, saya sendiri sebagai Non-Muslim tidak pernah merasa terganggu akan adanya puasa, Idul Fitri, suara Adzan, dan sebagainya. Malah bagi saya, itu adalah sesuatu yang menarik. Selain itu, tidak sedikit ajaran Islam yang berarti dan menyentuh. Namun saya berani akui, jika dicermati, memang ada beberapa kelompok akan kepercayaan tertentu yang terlalu menutup diri dan bersikap eksklusif akan agamanya masing-masing. Setelah saya pikir-pikir ulang, mungkin hal tersebut menjadi salah satu alasan FPI ingin membela Islam. Menurut saya, mereka memiliki niat yang baik. Tetapi, mereka hanya kurang mengerti bagaimana caranya.
Maka saya, tidak ingin sepenuhnya menyalahkan FPI akan berbagai hal buruk yang terjadi di Indonesia belakangan ini. Indonesia terdiri dari 6 macam umat beragama dan berbagai aliran kepercayaan lainnya. Untuk menyelesaikan semuanya, saya yakin kita memerlukan kekuatan dari segala pihak. Tidak hanya dari Islam, atau Katolik, atau Kristen, atau Buddha. Dan seterusnya. Intinya kita semua perlu bersatu dan membuka pikiran kita masing-masing. Setiap orang membutuhkan wawasan yang pasti bisa membuka dan memperluas pikiran. Menganut suatu agama, bukan berarti hanya terpaku pada ajaran agama itu saja. Menganut satu agama, bukan berarti kita kita hanya boleh mengetahui dan mempelajari hal-hal tentang agama itu saja. Justru penting bagi kita untuk mengerti hal-hal tentang agama dan kepercayaan di sekitar kita.
Saya menyukai satu ajaran dari Islam yang mengajak kita untuk bermaaf-maafan ketika menjelang Ramadhan maupun Lebaran/Idul Fitri. Bukan hanya formalitas, tetapi maaf dari dalam hati kita masing-masing. Seperti halnya hari Natal bagi umat Kristiani, yang biasa diperingati dengan adanya pohon Natal dan lagu-lagu Natal. Di Jepang, hari Natal bagaikan hari raya bagi semua orang, bukan hanya umat Kristiani. Semua orang menyukai hiasan-hiasan pohon Natal. Nah, sama saja. Lebaran identik dengan Ketupat. Ketupat adalah makanan khas Lebaran yang disukai oleh banyak orang. Tidak hanya umat Islam. Maka, Idul Fitri tidak hanya bisa dirayakan oleh umat Islam. Secara tidak langsung, masyarakat Non-Muslim juga dapat menghayati hari raya Idul Fitri ini. Tidak ada salahnya kan, bermaaf-maafan dengan sesama. Tidak ada salahnya kan, makan ketupat? ;)
(Untuk besok, 10 September 2010)
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H. Mohon maaf lahir batin ;)
Maaf, bahasa saya amburadul. Acak-acakan. Tulisan yang masih sangat mentah, hahaha.
6 comments:
waaah dan bagus banget topiknya terus dalem gitu gw suka! :)))
setuju sama mj! dan tulisan lo ngga acak2an to be honest (Y)
MJ dan TANNIA: terimakasih banyak ya. selamat lebaran untuk semuaaaa! hihiihi
LIKEEEEEE (Y) hahahhahaha coba natal bisa dirayain semua orang disini kaya di jepang hahahhaha enak ya :)
ohya bahasa lo enak banget hihi :)
Wah terimakasih ya kak Deaaa ;) hehehe iya yaaaa enak banget semua orang pasang pohon natal. terus kalo lebaran semua orang makan ketupat. Hahaha.
Post a Comment