Namanya Mi. Bu Mi panggilannya. Beliau idola jagat raya. Mulai dari saya, Anda, kakak saya, orang tua saya, tante saya, guru saya, tetangga saya, loper koran yang lewat rumah saya, peliharaan saya, tanaman hias di rumah saya, dan semuanya. Bu Mi adalah seorang janda. Suaminya, Pak Mi konon dulu dipuja jagat raya (juga). Tetapi, Pak Mi sudah terlalu tua. Akhirnya Bu Mi pun memutuskan untuk menggantikan peran almarhum suaminya itu.
Bu Mi sudah cukup tua. Ya jelas saja, berapa banyak makhluk yang tinggal di rumahnya. Sudah berapa lama? Lihat saja kalendar. Saya sayang Ibu, kalau boleh jujur. Saya prihatin melihat Bu Mi yang sudah cukup tua, sendiri, sakit-sakitan. Dan juga, tidak dipedulikan lagi oleh anak-anaknya, yang katanya punya kebebasan untuk merawat dan menyayangi Bu Mi.
Bu Mi selalu berkata pada saya kalau beliau suka sekali warna hijau. Lalu saya tanya kenapa warna hijau? Bu Mi pun menjawab, "kamu tidak pernah sekolah ya? Kamu tau kan, pepohonan itu menyerap karbondioksida untuk fotosintesis yang akan menghasilkan oksigen?" Ya Bu, saya anak kelas IPS, bukan IPA. Tapi saya tahu kok. Bu Mi sebenarnya tidak memerlukan pepohonan, atau yang beliau sebut hijau-hijau itu. Bu Mi sebenarnya bisa memulihkan dirinya sendiri dari berbagai penyakit yang dideritanya. Masalahnya sekarang adalah, anak-anaknya ini kewalahan. Ada yang sibuk merusak dan membuat Bu Mi sakit. Ada yang sibuk memulihkan Bu Mi. Ada yang diam saja. Ada yang bingung. Ada yang tidak mengerti. Ada yang cuek, dan sebagainya. Intinya, sebenarnya kita, sebagai anak-anak Bu Mi sedang berusaha menyelamatkan diri kita sendiri. Bukan Bu Mi. Seperti kata Bu Mi, "akibat terjadi pada anak-cucu. Bukan pada orang tua lagi."
Saya pernah bermimpi. Dalam mimpi saya itu saya melihat Bu Mi menangis. Bu Mi menangis diiringi kilat-kilat yang bermuatan listrik cukup dahsyat. Menyambar, menegur gedung-gedung pencakar langit. Ya saya baru ingat, kalau Bu Mi itu bekerja pada seseorang. Namanya Tuhan. Anak-anak Bu Mi juga mengenal Tuhan, termasuk saya sendiri. Tuhan adalah seseorang/sesuatu yang membentuk Bu Mi sampai sekarang ini. Segala perkembangan dan pertumbuhan yang dirasakan oleh Bu Mi, semua itu karena Tuhan itu. Sebagai imbalannya, Bu Mi harus selalu menjaga dirinya. Kalau tidak, bisa-bisa Tuhannya itu marah. Dan kali ini, Bu Mi menangis. Mungkin karena Tuhan marah.
Bu Mi berpesan pada saya. Ya, bukan pesan lah. Tetapi berupa pertanyaan.
Kita semua punya Ibu. Nama Ibu kita itu Bu Mi. Saya sendiri sayang Bu Mi, kalau Anda? Saya peduli terhadap Bu Mi, Anda bagaimana? Jangan biarkan Tuhan marahi Bu Mi. Jadilah anak yang berbakti pada orang tua. Ingat, akibat akan jatuh ke anak cucu, bukan orang tua lagi.
Bu Mi sudah cukup tua. Ya jelas saja, berapa banyak makhluk yang tinggal di rumahnya. Sudah berapa lama? Lihat saja kalendar. Saya sayang Ibu, kalau boleh jujur. Saya prihatin melihat Bu Mi yang sudah cukup tua, sendiri, sakit-sakitan. Dan juga, tidak dipedulikan lagi oleh anak-anaknya, yang katanya punya kebebasan untuk merawat dan menyayangi Bu Mi.
Bu Mi selalu berkata pada saya kalau beliau suka sekali warna hijau. Lalu saya tanya kenapa warna hijau? Bu Mi pun menjawab, "kamu tidak pernah sekolah ya? Kamu tau kan, pepohonan itu menyerap karbondioksida untuk fotosintesis yang akan menghasilkan oksigen?" Ya Bu, saya anak kelas IPS, bukan IPA. Tapi saya tahu kok. Bu Mi sebenarnya tidak memerlukan pepohonan, atau yang beliau sebut hijau-hijau itu. Bu Mi sebenarnya bisa memulihkan dirinya sendiri dari berbagai penyakit yang dideritanya. Masalahnya sekarang adalah, anak-anaknya ini kewalahan. Ada yang sibuk merusak dan membuat Bu Mi sakit. Ada yang sibuk memulihkan Bu Mi. Ada yang diam saja. Ada yang bingung. Ada yang tidak mengerti. Ada yang cuek, dan sebagainya. Intinya, sebenarnya kita, sebagai anak-anak Bu Mi sedang berusaha menyelamatkan diri kita sendiri. Bukan Bu Mi. Seperti kata Bu Mi, "akibat terjadi pada anak-cucu. Bukan pada orang tua lagi."
Saya pernah bermimpi. Dalam mimpi saya itu saya melihat Bu Mi menangis. Bu Mi menangis diiringi kilat-kilat yang bermuatan listrik cukup dahsyat. Menyambar, menegur gedung-gedung pencakar langit. Ya saya baru ingat, kalau Bu Mi itu bekerja pada seseorang. Namanya Tuhan. Anak-anak Bu Mi juga mengenal Tuhan, termasuk saya sendiri. Tuhan adalah seseorang/sesuatu yang membentuk Bu Mi sampai sekarang ini. Segala perkembangan dan pertumbuhan yang dirasakan oleh Bu Mi, semua itu karena Tuhan itu. Sebagai imbalannya, Bu Mi harus selalu menjaga dirinya. Kalau tidak, bisa-bisa Tuhannya itu marah. Dan kali ini, Bu Mi menangis. Mungkin karena Tuhan marah.
Bu Mi berpesan pada saya. Ya, bukan pesan lah. Tetapi berupa pertanyaan.
Kita semua punya Ibu. Nama Ibu kita itu Bu Mi. Saya sendiri sayang Bu Mi, kalau Anda? Saya peduli terhadap Bu Mi, Anda bagaimana? Jangan biarkan Tuhan marahi Bu Mi. Jadilah anak yang berbakti pada orang tua. Ingat, akibat akan jatuh ke anak cucu, bukan orang tua lagi.
2 comments:
superbagus dan
thanks sha ;)
Post a Comment