Tulisan lama banget. 28 April 2008, dari blog lama gue.
Sekali lagi kamu berteriak. Kali ini kita tidak sedang bercanda. Kita juga tidak sedang bersandiwara. Kali ini kita benar-benar bertengkar, melalui hari ini dengan caci maki dan amarah yang terus meledak-ledak. Kamu tidak pernah bisa mengendalikannya, dan aku pun juga begitu. Kita tidak pernah bisa berhenti saat kita memulai percakapan, maksudku pertengkaran ini. Kita selalu melanjutkan, meneruskannya dengan caci maki yang lebih menyakitkan, yang lebih membuat kita berdarah.
Kamu menggores hatiku lagi. Kamu mengambil darahku lagi. Dan kamu membunuh aku lagi. Tapi sayang, aku masih harus ada di sini. Ternyata kamu belum mengerahkan seluruh kekuatanmu untuk menusukku. Lagi-lagi kamu melakukannya. Kamu hanya melukaiku dengan tatapan rayuanmu dan menarik putik-putik lainnya agar datang kepadamu. Aku hanya diam, dan hanya mampu memberikanmu madu sebanyak mungkin agar aku bisa menjadi putikmu.
Langit kita kini makin pucat. Setiap hari meneteskan air yang rasanya begitu kecut. Aku bertanya kepada si pemilik langit di atas sana. Katanya, ini karena aku dan kamu. Aku dan kamu yang setiap hari menghabiskan waktu untuk bertengkar, lalu menangis. Air mata kita menyatu, dan langit meneteskannya sekarang, karena air mata kita yang terlalu banyak jatuh di tanah. Aku malu, tetapi kamu hanya diam. Kamu tidak peduli dengan apa yang terjadi di antara kita. Kamu tidak pernah peduli dengan hidup kita yang begitu liar dan terbiarkan di tempat seperti ini. Kamu tidak pernah bisa mengerti apa yang aku inginkan. Kamu selalu menghabiskan waktumu dengan putik-putikmu yang begitu anggun. Bukan aku, yang hanya bisa memberikan darahku padamu, bukan hartaku. Semuanya bertanya padaku, kapan aku dan kamu akan selesai. Kapan kita mati? Kapan kita hidup bersama tanpa ada pertengkaran, air mata, dan darah? Si pemilik langit marah kepadaku, memaki-makiku dengan kata-kata kasar seperti yang kau katakan padaku. Bukan katakan, tapi teriakan padaku.
Bolehkah aku bermain api sekali saja? Aku ingin membakar semua yang ada di sekitar kita. Aku ingin membunuh kita berdua. Aku ingin membawamu ke ujung tempat ini, yang begitu sunyi, hening, dan sepi. Tapi apa katamu, aku hanya si pendonor darah yang hanya bisa memberi darahku, bukan hartaku. Lagi-lagi kamu mengatakan hal itu.
Aku tidak bisa menangis, tidak bisa berteriak lagi. Terlalu lelah untuk melakukannya. Begitu juga dengan kamu. Kali ini kamu hanya diam, hanya menarik napas panjangmu, dan berbaring di pangkuanku. Aku tau kamu membutuhkan darahku lagi, kali ini bukan harta. Aku yakin kamu sudah menghabiskan tenagamu untuk menghibur putik-putikmu yang berharta itu. Untuk yang kesekian kali kamu mengambil darahku lagi. Kamu membutuhkan darahku untuk hidupmu, untuk terus membangun tempat kita ini. Semuanya aku berikan LAGI kepadamu. Tapi kamu hanya diam, terus diam, dan diam. Sehingga aku bisa mendengar detak jantung kita yang berdetak bersamaan, dengan tempo yang benar-benar sama, dan mungkin satu.
Kini kita tenggelam dalam air mata kita sendiri. Kita menghabiskan air mata kita berdua. Kita lelah, sangat lelah. Sekarang terbukti kamu salah, aku bisa mewujudkan keinginanku sejak lama. Aku pernah bertanya kapan kita mati bersama, dan menemukan indah yang tidak pernah kita temukan di tempat kita yang sempit ini.
Dunia kita sekarang baru. Aku telah menemukan tempat yang sempurna untuk kita berdua. Tempat untuk kita berdua tinggal, menghabiskan waktu kita. Tempat untuk kita menghiasi langit kita dengan bintang yang dulu kita impikan. Semuanya akan terwujud. Aku berdoa, untuk dunia kita.
untuk kamu, yang akan ku beri darahku setiap kau mau. dari seseorang yang ingin menjadi putikmu. terimakasih
Di blog gue yang lama, judulnya 'Surga Kita'. Sekarang gue nggak bisa bikin gini-ginian. Males sih sebenernya, hahaha. Okedeh thanks.
No comments:
Post a Comment