Bertanya pada dunia
Sesaat, dalam kebisingan
Dunia masih dikuasai oleh dosa
Atau mungkin, dunia yang menguasai dosa?
Entahlah
Dunia sempit
Bagi si langit yang berkuasa
Namun terlalu luas,
Bagi si kutu yang hampir tak terlihat
Berbeda, jauh berbeda
Memang terlalu rumit
Keheningan belum mampu menguak semuanya
Ia kesulitan, tidak bisa mengendalikan
Selalu, kebisingan yang menang
Si kutu ingin marah
Ingin memaki si langit
Yang seenaknya berkuasa
Yang seenaknya menurunkan hujan
Membuat si kutu kelelahan mencari tempat berteduh
Si kutu hanya sendiri
Terpisah dari kumpulannya
Ia menatap si langit, tajam tapi tenang
Hanya bertanya di mana sahabatnya berada
Tapi si langit malah tertawa
Sambil mengumpulkan muatan listrik dalam tangannya
Ia kesulitan berbicara
Karena tawanya yang terus meledak-ledak
Diiringi petir yang dihasilkan oleh kedua tangannya
Bukankah kamu hebat? Ia bertanya pada si kutu
Si langit berhenti tertawa, seperti akan marah
Tangannya semakin terampil
Menghasilkan muatan listrik yang makin lama makin besar
Menggelegar
Membuat dunia termenung sesaat
Membela keheningan untuk membalas kekalahan
Tetapi si kutu malah menggerutu
Kemudian mencaci-maki dunia
Menunjuk-nunjuk si langit yang tidak bisa terukur besarnya
Melepaskan semua kepenatannya
Sampai lega
Aku tidak sekuat itu, bisiknya
Kehabisan napas, kehabisan kata-kata
Petir pun berhenti bersahutan
Diganti dengan tetesan air yang lembut namun kecut
Si langit tiba-tiba tersenyum, manis namun abstrak
Aku percaya kamu bisa, katanya
Dunia masih hening, hanya napas si kutu yang terdengar
Si kutu pun berjalan menjauh
Ingin menemukan sesamanya yang peduli
Dalam keheningan, ia berteriak tanpa suara
Mencoba mempercayai si langit
Dalam kebisingan, ia menghapus air mata
Melawan hidupnya sendiri
Melawan dunia sampai mati
ardania kp 09
No comments:
Post a Comment