Broken Promises

Maaf, karena tadi gw uda bilang nggak mau ngepost lagi buat hari ini. Tangan gw gatel, pengen nulis-nulis apa gitu. Kemaren gw juga mau masukin foto-foto di rumah Rizca, tapi belom-belom juga. Maaf. Maaf. Maaf.

Enam puluh menit berlalu.
Aku ingat-ingat lagi kesalahan terakhir yang aku buat.
Kesalahan lagi. Lagi.
Aku ingin akhiri keramaian ini.
Dunia rumit.
Berantakan. Gaduh.
Aku ingat-ingat lagi kata-kata yang terakhir kuucapkan.
Yang terakhir aku rangkai menjadi sekumpulan kalimat.
Yang aku bicarakan.
Yang menimbulkan nyeri di telinga.
Yang menyakitkan.

Air mata buaya.
Untuk apa menangis?
Aku ingin tutup mulut setiap orang yang berteriak di telingaku.
Caci-maki, kita sebut seperti itu.
Aku ingin berhenti sejenak.
Menghentikan seluruh kerja organ tubuhku.
Melepaskan kemampuan otakku sejenak.
Beri waktu.
Lima menit saja.
Atau kurang dari itu. Tiga menit.
Asalkan ada waktu.

Bodoh, buang-buang waktu saja.

Maaf, dulu gw janji nggak akan nulis aneh-aneh lagi di blog ini. Gw nggak tau lagi, cuma bisa bilang maaf. Ini nggak penting, nggak usah dibaca. Gw cuma pengen nulis. Ini nggak ada arti apa-apa kok. Jangan menganggap yang nggak-nggak. Makasih.