I believe in Newton's Third Law

For every action there is an equal and opposite reaction.
It happens in reality. It really does.

Want to share about your thoughts?
Email me: daniawwrr@yahoo.com :)

Tuesday, November 3, 2009

Penuh Tapi Hampa, Gelap

Terkadang terasa betul perasaan hampa yang memenuhi hati. Penuh, tapi hampa.

Entah kenapa saya menjadi puitis seperti ini, setelah membaca beberapa tulisan orang lain. Sudah lama saya tidak berbicara tentang hidup dan sudah lama pula saya tidak berbicara dengan beberapa teman yang biasanya sering saya ajak bicara. Saya ingin berbicara tapi saya cenderung diam. Kerongkongan saya perih ketika saya baru saja memulai mengeluarkan suara dengan bibir berbentuk oval. Saya tidak mampu berbicara. Ataukah saya dilarang untuk berbicara?

Sudah lama rasanya tidak berpuitis-ria dan membiarkan jari-jari saya beradu dengan keyboard tanpa berpikir panjang atau menekan tombol backspace lagi. Sudah lama saya tidak masuk ke dunia gelap yang tidak memiliki aliran listrik di dalamnya sehingga tak ada satupun lampu di dalamnya. Dunia yang sempit tapi banyak angin sehingga ketika saya membawa lilin, apinya akan mati seketika. Dunia yang sepi namun bising karena terlalu banyak pikiran-pikiran dan kecemasan yang berlalu di dalamnya. Dunia yang penuh tapi hampa.

Kemampuan saya adalah diam. Yang pandai berbicara hanyalah keheningan. Namun ketika rasa tidak mampu lagi dipendam, yang mampu si keheningan lakukan hanyalah bertanya pada kebisingan apakah ada sedikit kesempatan bagi keheningan untuk menang. Jawabannya selalu tidak. Sesuai dengan kenyataan, kebisingan selalu menang dan keheningan hanya mampu berbicara pada dirinya sendiri. Berteriak pada dirinya sendiri. Saya pun berteriak di balik bantal tempat tidur, mengubur kepala dalam selimut.

Saya tidak bisa menghitung berapa orang yang berlalu-lalang dalam lalu lintas kehidupan setiap harinya. Saat lampu lalu lintas berwarna merah, sebagian dari mereka berhenti. Tetapi ketika ada sesuatu yang mendesak, yang dianggap lebih penting daripada nyawa, mereka jadi buta warna.

Hidup berubah. Semuanya berubah. Jika diukur dengan busur, kira-kira perubahannya 178 derajat. Minggu depan, mungkin 180?

Semuanya memang omong kosong. Yang saya hanya lakukan adalah membiarkan kesepuluh jari saya menari di atas keyboard hitam yang menimbulkan suara yang seringkali membangunkan seseorang yang sudah terlelap selama 8 jam.

Saya lelah. Mencari keheningan lain yang hendak menemani, adakah?

4 comments:

MARIA JESSICA said...

dania sini gw temenin haha

Dania said...

hahaha jeeee :)

Anonymous said...

jika hidupmu berubah 180 derajat, maka lawanlah dengan memutar ke 180 derajat ke arah berlawanan. What that means? Elu yang harus berubah, bukan sekitar elu. kita ga punya kuasa merubah dunia luar tapi we're on our own.

Dania said...

that might be true dri. sayangnya it's not that easy to change. thank you yaaa komennya.