Belakangan ini gue lagi suka baca
blognya Raditya Dika. Isinya bagus-bagus. Haha baru nyadar sekarang gitu. Maksud gue, Radith (sebagai penulis komedi) bisa menuangkan pikiran-pikirannya dalam tulisan yang nggak cuma lucu aja. Kayak di postingan gue sebelum-sebelumnya, yang judulnya 'Comedians Aren't Just Into Jokes'. Di situ gue masukin link salah satu postingan Radith di blognya. Bagus deh, dia nulis tentang perasaan paling kuat yang lagi dia rasain: cinta. Dia juga nggak basa-basi berlebai-lebaian gitu. Pokoknya bagus lah.
Nah, kemaren gue baru baca postingan dia lagi, yang judulnya
'After The Funeral'. Postingannya udah lumayan lama, dari Agustus gitu. Mungkin gue aja yang telat, baru baca kemaren hahaha. Di situ Radith nulis tentang pemakaman temennya. Bagus banget. Dia ngomongin tentang kematian juga. Dan kebetulan, hari itu gue sempet ngomongin masalah kematian sama salah satu temen gue. Nggak kompleks, tapi dari kemaren gue jadi kepikiran buat ngeblog soal kematian. Terinspirasi dari obrolan gue sama temen gue itu, dan postingannya Radith.
Kata Radith, "kadang gue ngerasa, kematian itu topik yang sensitif untuk kita." Gue cukup setuju. Mungkin bagi sebagian kecil orang, topik kematian itu menarik, atau biasa aja. Tapi ada sekelompok orang yang merasa topik kematian itu adalah topik yang menyeramkan, nggak penting, atau bodoh. Kalau menurut gue sendiri, kematian itu topik yang menarik banget untuk dibicarain. Tapi tergantung dari mana kita ngomongin kematian itu. Apakah tentang bunuh diri, kematian karena tua, karena sakit, kecelakaan, atau apa? Ngomongin kematian kadang-kadang juga bisa berpengaruh sama pola pikir kita dan cara kita memandang kematian itu sendiri.
Menurut pandangan gue, kematian itu bisa jadi buruk. Karena kita meninggalkan orang yang kita sayang dan sayang sama kita. Dan kita juga ninggalin dunia yang berwarna-warni. Kita punya dunia baru. Tapi, kematian itu juga bisa jadi sesuatu yang indah. Kalo kita ngerasa hidup kita sulit, semuanya akan hilang saat kematian itu dateng. Semua rasa sakit nggak akan kerasa lagi saat kita mati.
Kadang-kadang manusia itu terlalu sibuk sama dunianya masing-masing sehingga kesannya ngelupain adanya kematian. Kayak yang ditulis Raditya Dika, gue juga setuju banget. Kadang-kadang kita cuek dengan kematian. Kita nggak sadar kalau setiap detik yang kita lewati, semakin mendekatkan kita sama kematian. Kita nggak peduli dengan hidup yang kita lalui hari ini. Apakah itu baik atau buruk, bodo amat aja. Kenapa? Karena kita nggak peduli sama kematian. Karena kita nggak nyadar, kalo kematian itu bisa datang kapan aja. Bisa aja kan, sekarang gue lagi ngeblog terus tiba-tiba gue pingsan terus mati? Iya rada nggak masuk akal, tapi bisa aja kan? Who knows?
Gue nemu satu quote:
No one can confidently say that he will still be living tomorrow (by Euripides). Bener banget. Nggak ada yang bisa. Dan nggak ada yang tau.
Gue sadar. Selama kita masih punya hidup, kita harus selalu ngisi hidup kita itu dengan hal-hal yang berharga, dan nggak akan mati begitu aja (Radith nyinggung sedikit tentang ini di akhir postingannya). Walaupun kita masih muda (bagi yang masih muda hehe), kita nggak bisa nolak kematian itu. Kematian itu bisa dateng kapan aja, di usia berapa aja. Gue jadi inget salah satu alm. temen gue. Namanya Abraham, dia temen SD gue. Dia meninggal 2 atau 3 tahun lalu (gue agak lupa), gara-gara sakit komplikasi. Jujur, sampe beberapa bulan, gue masih nggak percaya. Gue masih nggak nyangka dia dipanggil Tuhan secepat itu. Gue masih nggak percaya Tuhan bisa ngambil nyawa temen gue yang masih 13 tahun waktu itu. Gue shock banget banget. Tapi itu kenyataan. Dan kembali lagi, nggak ada yang tau. Makanya, gue ngerasa, kita harus kayak 'siap-siap', kalau sewaktu-waktu kematian itu dateng. Kita nggak bisa menolak. Kita akan 'terus hidup' kalo udah melakukan sesuatu yang meaningful atau berharga dalam hidup.
Oh iya, sedikit menyinggung tentang suicide. Pernah nggak sih lo bener-bener mikir (dengan serius) buat bunuh diri? Hmm, mungkin pernah. Gue sendiri pernah. Gue pernah ngerasa hidup gue udah nggak ada gunanya lagi. If someone brought me to the top of the tallest building in this city that day, I would jump from that height. Iya, gue bakal lompat. Tapi untungnya nggak ada yang bawa gue ke atas gedung waktu itu. Yang ada di pikiran waktu itu, hidup itu buruk. Dan akan selalu buruk. Padahal gue nggak tau, apa yang akan terjadi berikutnya. Pikiran gue sempit waktu itu.
Yang gue rasa sekarang, bunuh diri adalah hal yang salah banget. Kalo lo bunuh diri, berarti lo menolak hidup yang indah. Lo bilang 'no thanks' pada hidup yang warna-warninya mungkin nggak gitu keliatan, yang mungkin indahnya nggak pernah lo bayangin. Intinya, lo nggak tau kalo hidup itu bakal indah. Yang ada di pikiran lo, cuma hidup yang buruk, yang pahit. Think twice before you commit suicide. Yang pertama, pikirin orang-orang di sekitar lo. Kedua, pikirin masa depan, selama kita masih punya kesempatan itu. Kematian itu akan dateng dengan sendirinya, nggak usah dibuat.
Ada satu bagian dari postingan Radith yang gue suka banget. Itu tentang pemakaman. Dia mempertanyakan gimana pemakaman dia nanti. Tiba-tiba itu juga jadi pertanyaan buat gue. Gimana ya pemakaman gue nanti? Apa orang-orang akan nangis? Apa yang mereka omongin tentang gue? Gue pengen tau. Banget. Dan satu pertanyaan yang cukup dalem, apa mereka akan merasa kehilangan?
Jawabannya, pasti. Kehilangan. Jangan pikir nggak ada orang yang peduli sama kita. Jangan pikir nggak ada orang yang sayang sama kita. Masalahnya, rasa sayang itu emang mungkin nggak keliatan. Tapi, kematian itu sesuatu yang abadi. Maksud gue, kematian itu udah ujung dari semuanya. Ujung dari hidup. Meskipun orang mati itu masih punya hidup di alam barunya sana, tapi kematian udah nggak berhubungan sama dunia lagi. Jadi kalo kita mati, bakal banyak orang yang sedih, yang mungkin kadang-kadang bakal kangen sama kita. Walaupun kita udah 10 tahun meninggal. Kembali lagi ke hidup kita sekarang. Kalo kita udah melakukan sesuatu yang meaningful dalam hidup, dan meaningful buat orang lain, kita nggak akan dilupain. Sesuatu yang meaningful itu akan selalu hidup, cuma kita aja yang mati.
PS: these are my thoughts. take it easy :)